Kamis, 22 Oktober 2009

ada gula yg maniz

Ada gula dirubung semut, ada mertua kok digrumut (baca: diperkosa). Rasanya kisah ini tak masuk akal, tapi begitulah kelakuan Salimun, 26, dari Mojokerto (Jatim). Gara-gara sering mengintip Ny. Dasmi, 45, mertua mandi, dia jadi kelewat bernafsu. Setelah anaknya disikat, sang mertua giliran dihembat!
Terdapat empat ajaran kearifan bagi manusia Jawa, yang dikenal sebagai patang panembah. Yakni manembah (berbakti) kepada Allah Swt, karena Dialah pencipta seru sekalian alam. Berbakti kepada orangtua, karena mereka yang menjadi perantara kita hidup di dunia. Berbakti kepada guru, karena dialah yang memberikan ilmu pada kita. Dan terakhir, berbakti kepada mertua karena beliau telah memberikan jumbuhing rasa nikmat (kenikmatan), gara-gara kita mengawini/dikawini anaknya.
Ironisnya, Salimun warga Desa Watukenongo Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, tak bisa menghayati kearifan semacam ini. Kepada mertua perempuannya, dia bukan hormat, tapi malah……bangkit syahwat! Gara-gara penampilan Ny. Dasmi yang masih aduhai, Salimun malah meneguhkan tekad: kapan-kapan harus bisa menggauli. “Gula batu dirubung semut, bena aku mantu kowe arep tak grumut (biar aku menantu, akan kuperkosa kau),” ancam Salimun dalam hati.
Kalau dilihat secara umum, bisa dimaklumilah bila Salimun yang bukan malaikat, tertarik pada Ny. Dasmi ini. Penampilan wanita setengah baya ini memang masih sangat menggiurkan pada usia sembilan Pelita. Bodi seksi, kulit putih bersih, dada masih lumayan padat, dan betisnya…..mbunting padi. Dengan demikian setiap lelaki normal, pastilah bakal kontak dia punya pendulum manakala menatap penampilan Ny. Dasmi. Yang tak bisa dimaklumi, Salimun ini anak menantu Ny. Dasmi sendiri. Mana mungkin ibu mertua kok dipethakoli?
Akan tetapi, dunia setan memang tak pernah mendikotomikan mantu dan mertua, sebagaimana Orde Baru tak pernah mendikotomikan militer dan sipil. Di mata setan, baik mertua maupun mantu, punya kapasitas dan peluang sama, bisa dinikmati ataupun menikmati. Tinggal bagaimana lobi-lobi itu mampu dibangun. “Kalangan setan sih pasti siap memfasilitasi dan membantu, asal bukan bentuk uang….,” begitu kata setan serius.
Hal ini pula yang terjadi atas Salimun. Gara-gara penampilan mertua yang lebih menjanjikan daripada istrinya, dia tergoda untuk mengetahui apakah Ny. Dasmi seindah warna aslinya sebagai film Fuji. Maka di kala mertua tinggal di rumahnya, Salimun sering menyempatkan diri mengintip sewaktu Ny. Dasmi mandi. Dan ternyata, luar dan dalamnya memang luar biasa. “Ini pasti lebih mak nyusss….,” kata Salimun yang suka mengikuti acara Bondan Winarno dan Hermawan Sulistio.
Semakin sering mengintip, Salimun jadi semakin bernafsu. Maka beberapa hari lalu, ketika Ny. Dasmi minta diantar ke pasar Pungging, kesempatan ini digunakan sebaik-baiknnya. Ibu mertua bukan di antar ke pasar, tapi di tengah jalan justru dibelokkkan ke daerah sepi dekat hutan. Turun dari motor tanpa malu-malu Salimun berterus terang bahwa selama ini sangat bernafsu pada Ny. Dasmi yang juga ibu daripada istrinya. Karenanya mohon dengan hormat, bisalah kiranya sang mertua meluangkan waktu untuk melayani berhubungan intim bak suami istri.
Apa yang diperoleh? Muka Salimun segera ditampar, plakkkk!. Penolakan itu segera dijawab sang mantu dengan menelanjanginya dan langsung memperkosanya di atas rerumputan. Puas melaksanakan hajat segera Ny. Dasmi diajak pulang sambil diwanti-wanti jangan cerita ke mana-mana. Tapi mana mau mertua diatur mantu kurang ajar. Hari itu juga Ny. Dasmi melapor ke Polsek Pungging dan sejam berikutnya Salimun ditangakap. “Mertua saya Pak, bodinya begini…..,” kata Salimun malah berpromosi pada polisi.
Yeee…., petugas kok malah ditawari begituan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar