Kamis, 22 Oktober 2009

BIAR IDIOT, YANG PENTING RASANYA BUNG

SEBAGAI tukang sampah, Munari, 56, ternyata orangnya openan banget. Lihat janda pekok (idiot) sendirian, terangsang juga nafsunya untuk memperkosa. Tentu saja keluarganya tak terima. Tapi ketika ditangkap dan diperisa di Polres Kedaton (Lampung) jawabnya enteng saja. “Biar idiot tapi rasanya Bung!”

Iman dengan dorongan “si imin” memang sering berseberangan. Iman yang selalu didampingi malaikat, senantiaja mengajak kepada kebenaran. Sebaliknya “si imin” yang suka mengumbar nafsu badaniah, selalu berdekatan dengan setan. Di sinilah iman sering kalah, apa lagi jika setan penggodanya lulusan S-3 dari Amerika. Akhirnya “si imin” lepas kendali, menabrak apa saja tak peduli mana yang halal dan mana yang haram. Yang penting nikmat mupangat!

Tukang sampah Munari, awalnya merupakan lelali beriman juga. Ukurannya adalah, meski profesi memungut sampah kurang bergengsi dan penghasilannya kecil, dia menjalani dengan tekun. Dia tak mau pekerjaan yang enteng, tapi duitya banyak, jadi penjahat misalnya. Sebab dia punya alasan untuk itu. “Makanan yang halal itu enak dimakan, bisa jadi daging dan berkah bagi keluarga,” begitu Munari punya prinsip.

Iman Munari memang sudah lumayan. Tapi Allah berfirman: jangan mengaku seseorang beriman bila belum menerima ujian-Nya. Nah, ujian itu pun hadir dengan beraneka bentuk. Ada yang berupa kenikmatan, banyak pula yang berupa penderitaan beruntun macam Nabi Ayub. Nah, kalau Munari langsung bernafsu begitu melihat janda bahenol tapi idiot, bentuk ujian apa pula ini? Dia sedang diuji, atau tengah diuja (dimanjakan)?Apa bentuk ujian tersebut, tak tahulah. Yang jelas Munari jadi semakin rajin memungut sampah warga di Desa Jagabaya Kecamatan Kedaton (Bandar Lampung). Terutama di gang rumah Mbok Kamini. Sebab di sini ada “pemandangan” menawan, yakni kemunculan janda Lastri, 31, anak Mbok Kamini, di setiap sore. Bisa dipastikan, sekita jam-jam 17.00 dia pasti duduk bengong di teras rumah. Entah apa yang dipikirkan, tak pernah jelas. Namanya juga orang idiot.

Tatapan dan pandangan Lastri memang kosong, tapi bodinya meck, sungguh sekel nan cemekel (enak dipegang). Karenanya setiap melihat si janda pekok tersebut, otak Munari jadi ngeres. Pertikaian dalam batin pun terjadi. Hati nurani yang didampingi malaikat selalu mengingatkan jangan berbuat aniaya di muka bumi. Tapi nafsunya yang didukung setan selalu mengajak kerusakan. “Sikat saja Bleh, toh orang pekok ini. Pasti takkan mengadu,” kata setan membujuk.

Iman pun kemudian terdesak nafsu. Tanpa memikirkan apa resikonya nanti, pas rumah si janda sepi, Munari segera masuk ke dalam. Lastri diseret ke kamar dan langsung digumuli. Tapi belum juga terpuaskan, ketahuan anak si janda. Gadis usia 10 tahunan itu teriak-teriak menyaksikan ibunya ditindih si tukang sampah. Dengan langkah sigap Munari ambil langkah seribu. Gerobak sampah ditinggal begitu saja.

Keluarga Mbok Kamini tidak terima. Tapi karena kasus ini merupakan hal sensitip dan memalukan, dia mencoba menyelesaikan secara damai. Artinya, tanpa mengadu pada keluarga besar Munari, perkara ini akan dianggap selesai bila tukang sampah itu bersedia memberikan sejumlah uang ganti rugi. “Kariermu sebagai tukang smapah takkan terhenti karenanya,” kata Mbok Kamini yang sudah tahu duit..

Akan tetapi ternyata Munari hanya mengulur-ngulur waktu. Katanya sanggup memberi sejumlah uang, tapi tak kunjung terwujud. Lama-lama keluarga Mbok Kamini kesal juga, sehingga melaporkan kasus ini ke Polsek Kedaton. Istri dan anak-anak Munari terkaget-kaget saat melihat suaminya digelandang polisi dengan tuduhan perkosaan. Di Polsek pun polisi sempat heran atas sikap tukang sampah yang ternyata “si raja tega”. “Biar idiot, tapi rasanya Bung!” jawab Munari santai.

Huuuh, dasar tukang sampah, orang idiot pun dipulung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar