Kamis, 22 Oktober 2009

DUDA GANAS BERMAIN UANG

Banyak lelaki duda, tapi tak seganas Timbul, 50, dari Jombang (Jatim) ini. Ada gadis tetangga belakang rumah, main tubruk saja. Tapi sampai Wiwin, 19, hamil dan melahirkan prematur, dia tak mau tanggungjawab. Setiap orangtua si gadis protes, hanya dibungkam mulutnya dengan sejumlah uang. Tapi sampai kapan?

Ketika uang jadi panglima, semua urusan akan diselesaikan dengan lembaran-lembaran bergambar Soekarno-Hatta. Memang tak semuanya berhasil dibeli dengan uang. Tapi yang jelas, hukum di Indonesia menjadi carut-marut juga karena para penegak hukum masih banyak yang mudah tergoda oleh tumpukan uang. Kita masih ingat selalu, betapa jaksa Urip Tri Gunawan yang saat bertugas di Bali demikian jujus dan lurus, setelah dipindah ke Jakarta jadi rusak. Untuk membetulkan kembali mental dia, terpaksalah mantan jaksa ini harus santai-santai dulu selama 20 tahun di tembok penjara!

Meski orang desa yang belum pernah merambah ke Jakarta, Timbul juga tahu bahwa kekuatan uang bisa menyelesaikan segala persoalan hukum di negeri ini. Makanya setiap ayah atau ibu Wiwin si gadis yang dinodai mencoba protes, mulutnya yang nyinyir itu cukup dibungkam dengan uang. Langsung deh Pak dan Bu Wongso diam, persis mantan demonstran yang dikasih jabatan mentri jaman Orde Baru dulu. Padahal, gara-gara sikap orangtuanya, gadis Wiwin jadi selalu gagal memperoleh keadilan.

Wiwin yang tinggal di Desa Kepuhrejo Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang, terhitung gadis kembang kampung di desa itu. Wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih, membuat gairah kaum lelaki meningkat setiap menatapnya. Untung saja ini bulan puasa, sehingga kegairahan mereka lalu dialihkan ke hal-hal lain yang bernilai ibadah. “Urusan pahala jauh lebih penting daripada urusan paha, Bleh….,” kata hati nurani setiap insan Islami.

Para warga Desa Kepuhrejo memang selama ini hanya tahu bentuk luar Wiwin semata. Dia tak tahu persis apa sebenarnya yang telah terjadi. Ibarat mobil, sebetulnya hanya bodinya saja yang nampak mulus. Tapi coba lihat mesinnya, sudah tak elok lagi. Kalau dipanasi setiap pagi, tak lain keluar air dari knalpotnya, malah asep hitam mengepul. Pembakaran Wiwin sudah tak bagus lagi, karena sudah kebanyakan membakar api asmara lelaki tetangganya, si duda Timbul.

Ya, Timbul memang lelaki duda yang sudah lama tak merasakan hangatnya kaum Hawa. Bahwa dia masih perlu menyalurkan libidonya dalam usia 50 tahun kini, itu memang sangat normal. Tap mestinya harus berpijak pada asas kepatutan dan kelayakan. Karena dia telah berusia setengah abad, mestinya sasaran tembaknya wanita-wanita janda usia 40-50 tahunlah. Tapi dia tidak. Gadis Wiwin yang lebih pantas jadi anaknya, dia udak-udak juga.

Medan perburuan itu memang sangat mendukung. Rumah Yoyok dan Wiwin saling memmbelakangi, yang dihubungkan dengan pintu belakang lewa dapur masing-masing. Nah, pada Januari 2009, saat rumah Wiwin sepi, duda haus asmara itu menyelinap masuk lewat dapur. Gadis cantik yang ngepleh-epleh (telentang) tidur siang, lanngsung dicemplaknya. Berontak sebentar, setelah itu langsung diam seribu basah, dan mendesah. Dan lain hari, kembali Yoyok mengulang suksesnya untuk kedua kali.

Hanya dua kali Yoyok ngobok-obok kehormatan Wiwin, tapi hasilnya luar biasa. Dia hamil dan keguguran pada usia kandungannya yang ke tujuh. Keluarganya lalu menuntut tanggungjawab si duda celamitan. Tapi sayang, asal disumpal uang Rp 100.000,- hingga Rp 200.000,- sekali datang, Pak/Bu Wongso ibu si gadis langsung diam dan lupa akan tuntutannya. Ini berkali-kali, sampai kemudian muncul paman Wiwin yang tak mempan duit. Meski Yoyok berusaha memberikan uang, dia tak bergeming dan kini Yoyok mendekam di Polres Jombang atas tuduhan pelecehan seksual.

Asyik Pacaran Lupa Tarawih

PACARAN memang tak dilarang undang-undang, tapi kalau bulan puasa, ingat-ingat waktu dong! Orang lain sibuk tarawih dan tadarusan di mesjid, masak Jandi – Nunik malah asyik kelonan di kamar.

Keruan saja warga jadi marah. Kamar mereka digerebek, dan diperjaka kasmaran ini sempat disel di kantor RW. Pacaran adalah hak semua anak bangsa. Namun demikian janganlah lepas kendali.

Mentang-mentang belum ada RUU-nya yang disodorkan ke DPR, lalu lupa diri saat merenda kasih. Misalkan lupa ajaran agama, paling tidak harus ingat lagu “Aryati”-nya Ismail Marzuki. Jangankan grepa-grepe ke sana kemari, baru mimpi mencium ujung jarinya sang kekasih tadi malam saja, sudah merasa sangat berdosa.

Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan. Walaupun demikian nasibku, namun aku bahagia seribu satu malam!” Jandi, 30, warga Kecamatan Sukun Kabupaten Malang (Jatim), juga tahu lagu itu. Tapi apalah artinya sebuah lagu? Toh itu kearifan masa lalu, yang tak cocok lagi dengan era gombalisasi macam sekarang ini. Pacaran model sekarang sih, ya “studi kelayakan” dululah. Bukankah YLKI selalu mengingatkan: teliti sebelum membeli. Dan Jandi, dalam soal pacaran mencari calon istri, tak mau ibarat beli kucing dalam karung. Prinsipnya, jangan sampai keduwung (menyesal), ya harus dulu masuk dalam sarung!

Dewasa ini Jandi memang sedang terpikat pada Nunik, 21, gadis dari Desa Bakalan Krajan, Kecamatan Sukun. Ceweknya lumayan cantik, cerdas lagi, jadi seandainya dijadikan istri, bisa di bawa ke depan dan ke belakang. Sononya juga siap menerima aspirasi arus bawah Jandi, meski usianya terpaut lumayan jauh. Kata Nunik, dia memang menginginkan kekasih yang cenderung jauh lebih tua darinya. “Sebab orangtua biasanya ngemong dan penyabar,” begitu alasannya.

Sejak cinta mereka telah bersambut, Jandi semakin rajin “wakuncar” ke rumah Nunik. Celakanya, dia tak bisa manjing ajur ajer (pandai bergaul). Bulan puasa seperti sekarang ini, mestinya kan lebih mengutamakan tarwihnya daripada pacarannya, Maksudnya, salat tarawih dulu di kampung calon mertua, baru nanti pacaran. Dianya enggak. Datang sebelum berbuka, habis berbuka langsung berhaha-hihi sama si doi. Ketika mertua laki perempuan ke mesjid, Jandi tak juga bersamanya. Tetap saja dia asyik pacaran. Katanya, sebagai musafir dia boleh tak ikut salat tarawih! Memangnya jarak rumah Jandi – Nunik ada 80,6 Km? Enggaklah, paling 3 Km, wong hanya berlainan desa.

Tapi itulah Jandi, demi kebebasan berpacaran dia bikin “hukum” sendiri. Dan yang terjadi kemudian, ketika salat tarawih di mesjid dimulai, dia malah mematikan lampu ruang tamu. Entahlah mau apa saja dia bersama Nunik. Yang jelas dia punya perhitungan: kalau tarawihnya 23 rakaat, paling tidak jam 21.00 mereka baru bubaran. Tapi Jandi lupa bahwa banyak juga warga yang tarawih hanya ambil 11 rokaat. Nah mereka ini sangatlah kaget ketika melintas depan rumah Nunik mendapatkan motor doinya masih ada di situ, sedangkan lampu ruang tamu dimatikan.

Dengan semangat amar makruf nahi munkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kejahatan), rumah Nunik digedor-gedor. Baru lampu menyala kembali, tapi Nunik dan Jandi lamaaa sekali baru keluar. Yang bikin warga makin curiga, sarung yang dikenakan Jandi ada titik-titik basah di bagian depan! Jandi langsung digelandang ke kantor RW dan dipukuli.

Tapi dia menolak bahwa baru saja berhubungan intim dengan Nunik. Basah-basah di sarung bagian depan tersebut hanyalah percikan air wudlu ketika mau salat Isya. Mana yang benar, hanya Allah Swt yang tahu. Yang jelas, Jandi langsung disel di kantor RW, takut jadi amukan warga. Setelah keluarga dia dan Nunik didatangkan, barulah “pengadilan” itu berlangsung. Kali ini dia dimaafkan, tapi Jandi harus menulis perjanjian akan menikahi Nunik segera.

Iyalah, daripada keburu ada gempa tektonis!

ISTRI SEHARGA MINUMAN TUAK

Kurang ajar betul si Kamso, 40, ini. Bulan puasa bukannya berlomba-lomba dalam kebajikan, tapi malah cari maksiat. Teman diajak minum tuak bersama. Setelah Pujono, 37, mabuk, dia diam-diam mendatangi istrinya dan diajak hubungan intim. Wah, ngamuklah suami Tasmi, 30, sehingga Kamso dibikin babak belur.

Teman sejati tidaklah banyak, yang ada hanyalah orang-orang bersahabat karena numpang cari nikmat. Ketika dia banyak gula, berkerumunlah para semut itu. Tapi setelah gulanya habis alias bangkrut, satu persatu meninggalkannya. Maka omong kosonglah orang yang mengatakan, tangismu adalah tangisku juga. Yang kebanyakan terjadi, kamu tertawa aku numpang tertawa, kamu bersedih tak tinggal nyisih (pergi).

Kamso, agaknya termasuk lelaki yang demikian. Dia bersahabat akrab dengan Pujono tetangganya, karena bertabur pamrih. Dia mengakrabi tukang becak miskin ini, karena sesungguhnya berharap bisa mengakrabi istrinya. Bahasanya paling tepat: Kamso mencoba bergaul dalam rangka untuk bisa menggauli! Dan Pujono sama sekali tak memahami permainan politik tingkat tinggi ala Partai Demokrat dengan PDI-P ini. Ketika dia sadar, semuanya sudah terlambat!

Kamso dan Pujono memang sama-sama tukang becak yang tinggal di Desa Sugiharjo Kecamatan Kota, Kabupaten Tuban (Jatim). Orang mengira, keduanya nampak akrab, karena memang sama-sama satu profesi, seperjuangan dan segenjotan. Nggak tahunya, ada kutang di balik baju, ada udang di balik batu! Kamso mengakrabi Pujono karena ada grand design (rencana besar) yang berkaitan dengan nafsu besar. Jelasnya lagi, Kamso memang naksir berat istri Pujono tersebut. Cantik amat sih tidak, tapi penampilan Tasmi sungguh manis macam kolak buat takjilan.

Teori kriminalitas mengatakan, kejabatan terjadi karena ada niat dan kesempatan. Kamso berniat menjahati Pujono, dan Tasmi istrinya memberi peluang, jadinya ya…..lanjut! Misalnya saja, ketika tangan Kamso suka grepa-grepe, Tasmi membiarkan saja. Kalau ada teguran, paling-paling kalimatnya malah mengundang: “Ssst, mengko ana sing weruh (nanti ada yang lihat) lho…..!” Akhirnya Kamso ya seperti orang puasa ketemu kolak pass adzan magrib, langsung nyosorrrrr!

Berapa kali Kamso nyosor bini Pujono, tak pernah direkap. Yang jelas, Kamso ini tahu persis kelemahan Pujono. Asal diajak minum tuak, dia doyan banget. Akhirnya ya pada kesempatan macam aksi mesum digelar. Di kala Pujono teler minum tuwak, Kamso nylingker (pergi diam-diam), menemui Tasmi untk berduwak-duwak! Pujono mabuk minuman keras, Kamso mabuk wanita!

Yang terjadi beberapa hari lalu juga begitu. Para tetangga yang lain mulai bergegas ke mesjid untuk salat tarawih, Kamso malah mengajak Pujono minum tuak di warung dekat rumah. Namanya juga hobi, tanpa rasa curiga sedikitpun dia lansung saja bergabung. Sementara Kamso minumnya sedikit-sedikit, Pujono langsung habis beberapa botol. Akhirnya….., dia pun teler di tempat. Nah, di kala Pujono kehilangan kesadarannya, Kamso bergegas pergi untuk menemui Tasmi seperti biasanya.

Tapi sial kali ini. Pertandingan belum juga dimulai, mendadak Pujono melihat. Melihat sahabatnya masuk kamar pribadinya, sementara Tasmi istrinya sudah tidak bercelana dalam lagi, tahulah sudah yang bakal atau baru saja terjadi. Pujono langsung ngamuk. Istri ditempelengnya hingga terjerembab. Kamso yang mau kabur segera diteriaki maling. Nah, ketika maling perempuan itu tak berani lari, langsung saja dihajarnya. Dalam kondisi babak belur Kamso diserahkan ke Polres Tuban. “Kalau saya juga dihukum, mangga saja. Tapi saya puas telah berhasil menghajar perusak rumahtanga,” kata Pujono lega.

Makin Tua Makin Cemburuan

JADI orang mestinya mengacu filosofi padi, makin tua makin merunduk. Tapi Jawawi, 68, dari Malang (Jatim), justru makin tua makin berangasan. Dengar kabar bekas istri dipacari tetangga, langsung naik pitam. Akibatnya Gendon, 40, yang mati konyol. Sepulang mengantar anak, tewas digebuk kayu sono keling!

Padi termasuk jenis tanaman serba guna. Tanaman yang kata petani Jawa selalu dalam lindungan Dewi Sri, begitu banyak manfaatnya. Bulir-bulir padinya, bila telah menjadi nasi dikonsumsi semua umat yang tinggal di negeri tropis. Dalam ukuran jutaan ton, bisa menyebabkan sejumlah Kepala Bulog (Badan Urusan Logistik) masuk penjara. Lalu kulit biji padinya, ketika dibakar bisa jadi sumber rejeki tukang abu gosok. Begitu juga daun-daun keringnya, di pabrik kertas bisa jadi karton. Dan yang tak kalah penting adalah filosofinya padi: makin tua makin merunduk, orang semakin berumur semakin santun dan arif.

Tapi Jawawi dari Desa Kedok Kecamatan Turen Kabupaten Malang, bukan begitu. Makin tua malah tambah begita-begitu (baca: banyak ulah). Meski sadar bahwa perjalanan ke liar kubur semakin mendekat, emosi dan sifat berangasannya yang munggweng ngarsi (dikedepankan). Baru mendengar isyu-isyu yang tak jelas ujung pangkalnya, sudah naik pitam bagaikan Prabu Baladewa wayang kulit. Kasihanlah kemudian pihak-pihak yang jadi korban fitnah, dia jadi mati konyol akibat ulah Mbah Jawawi yang tak terkontrol!

Di kampungnya, Mbah Jawawi terkenal tukang kawin. Ganti istri macam anak ABG ganti baju Lebaran saja. Mentang-mentang “bergizi” alias banyak duit, menikah tidak menyesaikan dengan kondisi lapangan. Maksudnya, jikalau telah berusia kepala lima, menikah embok iyao dengan janda-janda usia kepala 4. Jangan pula gadis usia 30 tahun ke bawah ditelateni juga. Akibatnya, tak seimbanglah urusan suplay and demand (pasokan dan permintaan). Dalam urusan ranjang misalnya, libido istri masih keras, Mbah Jawawi sudah kehabisan napas!

Gara-gara itulah Darsiti, 29, istri Mbah Jawawi entah yang ke berapa minta cerai. Lantaran pasal yang diusung ke Pengadilan Agama masalah “tidak mampu melaksanakan tugas” suami, palu hakim pun diketukkan dan Mbah Jawawi melepas istri yang masih sangat dicintainya dengan terpaksa. Dia sungguh tak rela Darsiti yang masih maknyusss sebagaimana kata Bondan Winarno, harus jatuh dalam pelukan lelaki lain. “Gak lila ndonya kerat aku (aku tak rela dunia akhirat),” kata Mbah Jawawi setiap curhat pada teman-temannya.

Padahal mustinya, biar bekas istri cantiknya macam artis Paramitha Rasudi, karena sudah bukan miliknya, tak perlu dipikirkan lagi. Mau nungging, mau njungkir walik (jungkir balik) urusan dialah. Tapi Mbah Jawawi bukan begitu. Bekas jandanya tersebut selalu dimonitor. Bila saja tehnik memungkinkan, mau rasanya dia pasang CCTV untuk memantau keseharian Darsiti. Dan inilah yang terjadi, ketika ada laporan bahwa Darsiti pacaran dengan duda Gendon yang masih tetangga sendiri, dia naik pitam. Lupa bahwa masih dalam suasana bulan puasa, dia mengancam ingin bikin perhitungan dengan lelaki yang telah berani ngilani dadane (baca: melecehkan) tersebut.

Gendon sama sekali tak tahu niat buruk Mbah Jawawi, sehingga ketika berpapasan di jalan seusia mengantar anak lelakinya sekolah, dia bersikap biasa saja. Padahal yang terjadi, begitu Gendon mengatakan: “Tindak pundi Mbah (Mau ke mana kek),” sebagai tanda hormat, tahu-tahu sebatang kayu sono keling menghajar dadanya dengan keras. Sempat terjadi cekcok sebentar antara keduanya, sampai kemudian dilerai oleh tetangga yang lain. Tapi setibanya di rumah, Gendon langsung muntah darah dan tewas. Siang itu juga dia dibawa ke makam desa, dan siang itu juga Mbah Jawawi diserahkan ke Polsek Turen.

Bulan puasa Mbah, perbanyak cari pahala, bukannya paha!

“Srikandi” Kepergok Berselingkuh

ISMIATI, 45, memang berjiwa Srikandi, tak mengenal takut, termasuk ketika berselingkuh! Meski kepergok suami, dia tak juga gentar. Justru dia melawan dengan golok. Tapi mana mau lelaki kalah sama perempuan? Johan, 50, berhasil merebut golok itu dan disabetkan ke leher istrinya hingga kiwir-kiwir!

Nggak di Pulau Jawa, nggak di Sumatera, aroma selingkuh masih juga mencemari dan menciderai kesucian bulan Romadon. Di bulan itu mestinya fastakul bikhoirot (berlomba-lomba dalam kebajikan), malah berlomba-lomba buka aurot. Di mana-mana ada kegiatan buka bersama, para kroninya setan ini malah buka-bukaan bersama. Maka kemudian sampailah pada sabda Nabi: “Banyak orang berpuasa yang hanya memperoleh lapar dan dahaga saja.”

Ny. Ismiati yang tinggal di Desa Babat Kecamatan Panukal Kabupaten Muara Enim (Sumatera Selatan), termasuk barisan kroninya setan tersebut. Habis berbuka umumnya pada memikirkan mau salat tarawih di mana, ambil yang sebelas apa 23 rakaat, dia malah berpikir: mau selingkuh di mana ya? Mumpung suami pulang kampung, jadi nggak ada yang tahu. Padahal, meski suami tak tahu tapi Yang Di Atas sana selalu mengetahui, sementara malaikat terus notulen segala kegiatan umat manusia. Baik itu untuk jurusan ke surga maupun ke neraka.

Johan dan Ismiati adalah petani kebun, yang lebih banyak menghabiskan waktunya di ladang manakala musim tanam. Mereka sehari-hari tinggal di perkebunannya, yang terletak di Talang Pesas. Bila perbekalan habis, barulah pasangan itu ambil logistik ke rumah untuk persiapan hari-hari selanjutnya. Beberapa hari lalu Johan kembali ke kampungnya, yang berjarak 6 Km.

Mau balik ke huma (ladang) sepertinya kok sudah kemalaman, sehingga dia memilih tidur saja di kampungnya. Nanti akan kembali menemui istrinya besuk pagi saja. Toh istrinya tak pernah takut di kebun sendirian. Bagaimana Ismiati takut di kebun, karena sesungguhnya juga ada lelaki lain yang menemani. Jadi perginya suami pulang kampung, baginya justru merupakan berkah. Sebab dalam prakteknya, lelaki itu tak hanya menemani tidur, tapi sekaligus juga …..mengencani. Dan Ismiati sangat suka akan itu, karena meski sama-sama petani “cangkulan” Rusdi, 40, jauh lebih dalam dan sangat signifikan.

“Cangkul, cangkul yang dalam, menanam dosa di kebun orang….!” begitu kata setan menyeponsori Rusdi - Ismiati ketika berselingkuh ria. Mungkin karena sudah terlalu biasa mengumbar syahwat bukan pada tempatnya, Rusdi tak pernah takut dalam debut selingkuhnya. Kebanyakan peselingkuh akan segera pergi setelah nafsu tertunaikan, dia malah masih tidur nyenyak di samping Ismiati. Celakanya, istri Johan ini juga membiarkannya saja.

Sepertinya dia sangat bahagia di samping lelaki yang telah diperlakukannya bak suami sendiri tersebut. Padahal…….. Keteledoran Ismiati sungguh dibayar mahal. Sekitar pukul 03.00 suami kembali ke kebun dalam rangka mengajak istri makan sahur. Tapi apa yang terjadi? Begitu dia masuk gubuk terlihatlah istrinya masih dikeloni lelaki asing yang cukup dikenalnya.

Rusdi yang tahu gelagat segera kabur, tapi Ismiati yang merasa diganggu malah marah. Dia ambil golok dan mau diayunkan ke tubuh suami. Tentu saja Johan semakin emosi, golok itu direbutya dan kembali diayunkan ke leher istrinya. Tak ayal lagi, “Srikandi” dari Muara Enim itu langsung tewas di tempat dengan leher kiwir-kiwir nyaris putus. Johan yang sempat kabur, berhasil ditangkap keesokan harinya.

Lagi lagi, bulan puasa kok malah jadi pejuang paha!

ANAK IKUT GEREBEK IBUNYA

Di bulan Romadon, pada pukul 23.00 mestinya asyik bertadarus di mesjid. Tapi Ny. Warti, 44, pada jam-jam itu justru asyik di warung bersama gendakannya. Yang sungguh tragis dan ironis, saat praktek mesumnya berama pamong desa digerebek warga, justru suami dan anak-anak Ny. Warti ikut serta.
Istri salihah mesti bisa jadi panutan keluarga atau uswatun khasanah (ikutan yang baik) menurut bahasa sono-nya. Banyak terjadi, lelaki yang tadinya mursal (kurang ajar) menentang ajaran Tuhan, begitu dapat istri yang rajin beribadah, ikut kesetrom jadi suami yang baik. Saat bujangan dulu salatnya blang-bonteng (bolong-bolong), kini menjadi ajeg menjalani salat lima waktu. Tindak tanduknya pun menjadi santun dan terukur. Dalam setiap pembicaraan tak pernah lepas kata subhanallah dan astagfirullah. Bila melafal huruf “ain” fasih benar. Inilah berkat istri yang salihah!
Tapi kalau istri model Ny. Warti ini, apanya yang jadi panutan? Perilakunya sungguh bukan wanita solihat, tapi musibat (murka Allah). Coba bayangkan, di bulan Romadon seperti sekarang ini, dia malah makin rajin kencan bersama gendakannya. Ketika para tetangga dan suami di mesjid bertadarus, dia malah berbuat ora urus (kurang ajar). Maka Allah pun segera memperingatkan secara telak. Saat berasyik masyuk bersama pamong desa Witono, 30, warga langsung menggerebeknya. Bukan saja penduduk, tapi juga suami berikut lima anaknya!
Agaknya Ny. Warti ini memang wanita paling gatel di zamannya. Penyakit itu demikian susah disembuhkan, tak mempan oleh Kalpanax maupun bedak Herosin. Gatelnya Warti memang lain. Ketika melihat Witono yang ganteng dan elegant, langsung libidonya naik.Lalu seperti orang allergi udang, seluruh tubuhnya menjadi gatel-gatel bak terkena krawe (miang). Digaruk, dikalpanax dan diherosin, tak mempan juga. Obatnya hanya satu, yakni kencan bersama mas pamong desa. “Oh Mas Wito arjunaku…..,” begitu kata Warti selagi gandrung.
Jatuh cinta memang bukan milik kawula muda saja. Ibu-ibu beranak 5 macam Ny. Warti bisa juga, bahkan lebih ganas dan nekad. Begitu tahu suaminya tak bisa diharapkan dalam percaturan ranjang, mulailah dia meladeni ajakan gila pak pamong dari Desa Gebangan Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Bak pajabat Pemda saja, demi sebuah pelayanan, Warti rela melakukan sistem “jemput bola”, alias menyongsong Witono untuk diajak berkencan ria di suatu tempat.
Skandal ini terjadi sejak sebelum Romadon. Setelah bulan suci tiba, mestinya perilaku nyasar ini distop sama sekali, atau paling tidak direm dulu. Tapi ibu STNK dari Desa Demas Kecamatan Besuki Kabupaten Besuki ini bukan begitu. Puasa ya puasa, tapi selingkuh lintas kabupaten ini jalan terus. Bila keuangan memadai, masuk hotel melati bukan masalah. Tapi jika kondisi kantong sangat negatif, kencan di warung juga tak masalah. Warti dan Witono memang sosok yang praktis dan luwesan.
Lama-lama debut selingkuh antar kabupaten ini tercium suami Warti berikut anak-anaknya. Sudah barang tentu mereka tak merelakan istri/ibu-nya berbuat aib. Ketika dapat bocoran info di mana keduanya akan menggebrak ranjang, suami dan anak-anaknya segera steliling (siap). Nah, sekitar pukul 23.00, saat Ny. Warti melayani selingkuhannya di warung miliknya di Pasar Kebonagung Kraksaan, tahu-tahu suami dan kelima anaknya ikut pula menggerebeknya bersama warga. “Sebagai pamong, mestinya sampeyan kan mengajari yang benar pada warga,” protes akan sulung Ny. Warti.
Kalau saja polisi tak segera datang, niscaya Witono habis dikeroyok suami dan anak-anak selingkuhannya. Pasangan mesum itu lalu dibawa ke Polsek Kraksaan. Karena Bowo, 50, suami masih bisa memaafkan, Witono hanya disuruh bikin pernyataan tak berbuat selingkuh lagi. Begitu juga Ny. Warti, dia juga menulis perjanjian bahwa akan kembali bekti dan setia pada suami tercinta. Tobat, tapi sudah kadung berantakan.

selingkuh di perjalanan

Menjelang magrib dijemput kolak, itu surganya bulan puasa. Tapi Ny. Kesti, 37, dari Pasuruan (Jatim) justru memilih dijemput…..maut! Itupun caranya tidak lazim, harus minum racun serangga dulu. Dia memang tengah kalut, gara-gara aksi selingkuhnya berada di persimpangan jalan!

Di bulan Romadon sekarang ini, acara teve yang paling mngasyikkan bagi para shoimin dan shoimat adalah menunggu adzan magrib. Sebab di sinilah titik akhir segala dahaga dan lapar sepanjang hari itu. Kadang lupa membaca do’a “Allohuma lakasumtu…..” langsung saja wush wush….kolak dua mangkok ludes. Belum juga salat Magrib, lalu disusul makan kurma, lalu makan nasi. Perut pun kenyang, heek…heeek….., bersendawa mirip suluknya dalang wayang kulit gaya Yogyakarta.

Yang demikian itu tentu saja ketika pikiran sedang ceria, bebas masalah. Tapi jika pikiran tengah kalut seperti Ny. Kesti ini, boro-boro mikir kolak dan buah kurma pembatal puasa, justru setan selalu mengajaknya untuk berbuat menuju kehancuran. “Daripada pusing mikir kelanjutan asmara cintamu, mending bunuh diri saja. Semuanya akan selesai. Percayalah Bleh, aku selalu bersamamu…..!” kata setan mencoba mempengaruhi Ny. Kesti yang sedang erosi iman.

Memang, iman Ny. Kesti memang tengah berada di titik nadir. Betapa tidak? Bulan puasa, di siang hari lagi, kok bisa-bisanya ngendon di villa daerah Prigen, bersama PIL-nya. Padahal di rumah, suami dan anak-anak tengah menunggu. Nanti sore ibu masak apa ya? Padahal, di tempat lain ibu mereka justru sedang “dimasak” lelaki lain yang merampas cinta kasih anak-anak tak berdosa tersebut. Tapi mungkinkah Kesti yang tengah dilanda asrama, berfikir sejauh ini?

Ny. Kesti sebetulnya sudah cukup bahagia bersuamikan Widya, 42, petani di Desa Tamiajeng Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Anak-anak tumbuh secara normal dan lucu, sementara suami juga sangat bertanggungjawab pada keluarga. Tapi dasar Kesti termasuk wanita yang kendho tapihe (rawan selingkuh), dia masih terpikat juga pada Bejo, 40, pedagang ikan di Pasar Trawas. Namanya juga sedang kasmaran, biar si cowok bau amis, Ny. Kesti tetap ngethek (nempel) saja. Dia jadi lupa pada anak dan suami.

Awalnya Bejo biasa-biasa saja menanggapi gelora asmara wanita pelanggannya tersebut. Tapi karena bini Widya ini lumayan cantik, dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Sebagai pedagang ikan, boleh dong kelakuannya seperti ikan lele: matil sana matil sini. Dan itulah memang yang terjadi. Ketika Kesti sudah demikian jinak-jinak merpati, Bejo sebagai lele bumbo segera “mematil”-nya…. jebretttttt! Skandal kali pertama ini terjadi sebelum bulan puasa lalu.

Patilan tukang ikan itu membuat Ny. Kesti semakin kesengsem, sehingga dia lebih berat pada Bejo daripada suaminya. Dia pernah minta cerai pada Widya, tapi suami tak meluluskannya. Sedangkan Bejo juga nyosor terus, minta segera bisa menikah resmi. Akibatnya perselingkuhan Kesti berada di persimpangan jalan, berat keluarga atau berat Bejo. Pusing-pusing Kesti, seperti pusingnya sejumlah menterinya SBY. Pilih tetap jadi mentri sampai 20 Oktober, atau kehilangan kesempatan jadi anggota DPR. Padahal, gagal Senayan juga tak ada jaminan bisa bergabung lagi ke Cikeas.

Untuk menghilangkan rasa pusing, Kesti tidak minum bodrex sebagaimana Wagub Jabar Dede Jusuf, tapi memilih chek in ke villa di Prigen bersama Bejo. Mereka masuk sekitar pukul 10.00 beberapa hari lalu. Meski siang hari bulan puasa, Kesti – Bejo tetap saja mengumbar nafsu tanpa takut harus puasa kifarat selama 2 bulan berturut-turut. Tapi usai puas mengumbar nafsu, Kesti pun teringat benang kusut dalam keluarganya. Dia sungguh menjadi pusing dan bingung. Saat Bejo pergi keluar, Kesti memilih minum racun serangga. Ketika gendakannya kembali menjelang buka, istri Widyo ini tengah meregang nyawa, berputus asa dari rahmat Allah.

pisah ranxcang iparpun jadi

Lebaran 1430 H besok, dipastikan Sumanto, 27, harus “open house” di sel polisi. Itu pun kalau ada keluarga yang membezuknya. Sebab mereka sudah muak akan kelakuannya. Masak sih, di saat pisah ranjang dengan istrinya, tahu-tahu dia menyetubuhi adik iparnya sebanyak 15 kali. Pantesan betah!

Pisah ranjang sebetulnya hal biasa bagi suami istri yang banyak anak. Ketika anak-anak lebih nyaman tidur bersama ibu mereka, biasanya sang ayah memilih ngalah tidur di tempat lain. Kaum bapak takkan merasa ada haknya yang terampas, karena para istri juga selalu pengertian. Ketika suami butuh akan dirinya, tinggal nyusul bergabung di kamar lain. Semua beres, takkan ada yang merasa dirugikan. Di sana senang, di sini juga senang…..

Tapi pisah ranjangnya Sumanto dari Tuban (Jatim) ini memang serius! Meski satu rumah dengan istrinya, Nanik, 25, dia benar-benar tak bisa tidur seperaduan dengan istri. Kalau dia mendekat, pasti disepak macam jangkrik ketemu lawan. “Pokoknya kalau sampeyan belum dapat pekerjaan yang benar, jangan harap bisa tidur seranjang denganku,” ancam Nanik sekali waktu. Mukanya ditekuk, dan wajahnya pun tambah jelek karenanya.

Rupanya persoalan ekonomi yang jadi pemicu kemelut rumahtangga ini. Maunya Nanik, mengingat sudah ada anak istri, mbok iyao Sumanto punya pekerjaan tetap, yang bisa diandalkan gajinya setiap bulan. Jika hanya bekerja serabutan terus, rejeki harian selalu jadi teka-teki. Hari ini keluarga bisa makan kenyang karena Sumanto dapat pekerjaan. Tapi giliran tak dapat pekerjaan, anak istri kelaparan. Nanik tak mau hidup seperti itu.

Kalau selama ini nampak aman-aman saja, karena Sumanto dalam status tinggal di kompleks Mertua Permai. Jika ada kekurangan selalu disubsidi oleh mertua. Nanik malu masih nyusu pada orangtua. Sebaliknya Sumanto yang muka tembok, malah jadi keenakan disubsidi mertoku. Dia sama sekali tak merasa bahwa hidup bak kemladeyan (benalu) adalah sesuatu hal yang memalukan. “Itu bukti bahwa mertua sayang sama mantu seperti saya ini,” kata Sumanto.

Dengkulmu mlocot, paling hanya begitu Nanik ngegerundel. Karena tak mempan segala imbauan, terpaksa Nanik lalu mengembargo. Sejak 6 bulan lalu suami tak boleh tidur seranjang dengan segala “fasilitas”-nya. Awalnya Sumanto merengek-rengek, agar “embargo” itu dicabut. Tapi setelah berlangsung sekian lama, suami Nanik ini malah jadi biasa dan tidak merengek-rengek lagi. Entah karena sudah terkondisikan, entah karena telah menemukan solusi baru.

Ternyata Sumanto memang lelaki kreatif dan sangat inovatif. Tak dapat pelayanan ranjang dari istri, dia kemudian mencari solusi lain. Kebetulan adik iparnya si Narti, 22, juga janda kembang yang tinggal serumah. Nah, diam-diam dia menggerilya sang adik ipar. Begitu mahirnya suami Nanik ini, entah pada rayuan ke berapa, Narti pasrah akan “kehendak” kakak iparnya. Dan di sinilah bedanya. Bila Sumanto Purbalingga makan mayat orang, Sumanto Tuban makan ……adik ipar!

Hubungan layaknya suami istri ini tanpa terasa telah berlangsung sebanyak 15 kali. Narti bisa menikmati karena dijanjikan mau dinikahi. Tapi entah pada “akses” yang ke berapa kalinya, aksi mesum Sumanto kepergok ibu mertuanya. Bingung bagaimana harus mengatasi persoalan anak menantunya, orangtua ini memilih menyerahkan kasus ini ke Polsek Kenduruan. Terpaksalah, di saat Lebaran kurang seminggu Sumanto malah harus tinggalkan kampung mertua di Desa Sidorejo, dan pindah tempat di kantor polisi. Misalkan nanti dia harus “open house” bersama keluarga, ya harus di balik jeruji besi ini.

Open house apaan, yang pasti hati istrinya kayak diopen!

GAMBAR SYUR DI PONSEL ITU

Adakah perselingkuhan selama jadi TKW di Taiwan? “Nggak ada Mas, sumpah!” begitu jawab Ranti, 30. Tapi ketika Giman, 35, melihat gambar di ponsel istrinya tengah disetubuhi lelaki tetangga yang sama-sama jadi TKI, ngamuklah dia. Selanjutnya, ketepak ketepuk….hingga Ranti babak belur dan Giman ditangkap polisi.

Tak bisa dipungkiri, antara manfaat dan mudlarat pengiriman TKW/TKI ke manca negara selalu berbanding lurus. Di satu sisi kita terhina jadi eksportir babu, tapi di sisi lain itu merupakan sumber devisa negara. Karenanya sejak dicanangkan Menaker Sudomo tahun 1983, Menaker-Menaker penerusnya tak ada yang punya keberanian menghapus program babuisasi ke luar negeri. Padahal meski sepulang jadi TKI lalu banyak punya koleksi sawah, tapi banyak pula “sawah sepetak” milik istri tetangga jadi sasaran suami-suami kesepian.

Istri Giman yang juga menjadi TKW ke Taiwan, kasusnya agak lain. Sementara suaminya di kampung bisa bertahan menahan rasa sepi, justru dia di luar negri kegatelan dan kemudian selingkuh bersama pria sesama TKI. Celakanya, Gito, 32, relasi peranjangan tersebut kebetulan masih tetangga sendiri di kampungnya, Desa Pujiharjo Kecamatan Tirtoyuda (Malang). Karenanya tak mengherankan, skandal asmara TKI/ TKW itu cepat nyampai ke kampung halaman. Apa lagi yang namanya kiriman berita miring, bisa ditambah sana sini sesuai keperluan!

Karena selingkuh itu mengasyikkan dan full deg-degan, Gito - Ranti tak peduli kabar miring yang menjadi konsumsi para lambe nggambleh (baca: suka ngegosip) di desa kelahirannya. Pertimbangan moral kalah dengan kebutuhan alat vital, etika terdesak oleh pemenuhan hasrat yang berada dalam koteka! Apa lagi bagi Gito, bisa mengencani Ranti adalah obsesi masa lalu, yang tak mungkin tertunaikan selama masih menjadi warga miskin di kampungnya. Minder dengan kemiskinannya, tapi juga keder dengan Giman suami Ranti.

Asal tahu saja, sebetulnya saat di kampung dulu Gito juga berminat pada Ranti yang lumayan cantik dan berbodi seksi menggiurkan itu. Tapi di manapun dedek (naksir), kalah dengan mek (memegang). Di kala Gito masih maju mundur untuk mendekati si tetangga idola, tahu-tahu Giman melamar Ranti dan diterima. Akibat selanjutnya, sementara Gito pucat kurang tidur lantaran patah hati, Giman pucat karena banyak lembur sebagai pengantin baru bersama Ranti. “Diancuk….,” umpat Gito manakala melihat rambut Ranti basah kuyup usai keramas di pagi hari.

Hanya kemiskinanlah yang kemudian menolong peruntungan Gito. Ketika dia mendaftar jadi TKI ke Taiwan, ternyata Ranti juga mendaftar jadi TKW ke negara tujuan yang sama. Kebetulan pula, keduanya juga ditempatkan pada kota yang sama, Taipeh. Di sela kesibukan kerjanya, Gito mencoba memanjakan obsesinya. Bak pucuk dicinta ulam tiba, ternyata Ranti juga kesepian di kota rantauan. Akhirnya…..bila iklan Palmboom tahun 1960-an bilang Giman selalu berhasil, justru kini Gito yang berhasil menggauli mantan gadis idolanya dulu. Sebagai obsesi, birahi lelaki tetangga itu sungguh dicucuk-cucukke (dimanfaatkan benar).

Setelah dua tahun masa kontrak habis, Ranti kembali ke kampung dengan membawa sejumlah kekayaan. Tentu saja, isyu-isyu miring yang selama ini telah beredar, semakin lengkap ketika dia kembali ke desa. Sebagai suami, Giman mencoba klarifikasi kabar tersebut. Tapi ternyata istrinya membantah dengan keras. Cari bukti apa lagi, karena Gito selaku pihak terkait, juga belum kembali ke kampung karena masih memperpanjang kontraknya sebagai TKI. “Sumpah Mas, aku tak pernah selingkuh dengan siapapun termasuk dengan Gito itu,” kata Ranti menggaransi.

Apa pun kata istri, Giman terpaksa harus percaya. Tapi rasa penasarannya, memaksa diam-diam membuka HP milik istrinya. Jabang bayik, di situ ditemukan gambar bergerak ketika Ranti disetubuhi Gito. Tentu saja Giman naik pitam.HP itu segera ditunjukkan ke mata istrinya. Sebelum Ranti bereaksi, tinju bertubi mendarat ke muka dan kepalanya. Giman puas sekarang, karena telah berhasil memberi pelajaran pada istrinya. Sialnya, dua jam berikutnya dia dijemput polisi Polsek Tirtoyuda dengan tuduhan pelanggaran pasal KDRT.

Ya, alamat bakal memperpanjang masa “kedinginan”-nya deh.

istri baru enak loh

Anak kecil, mau Lebaran pasti pakai baju baru. Kalau anak kecil edisi 50 tahun lalu macam Bahrun, mau Lebaran justru siapkan ….. istri baru! Tapi karena pernikahan itu tanpa restu istri pertama, Bahrun diadukan ke Bupati Menggala (Lampung). “Masak, saya habis manis sepah dibuang,” ujar Ny. Farida, 45, sengit.

Tengoklah sebuah hadist Nabi; meski perceraian itu halal, tapi sangat dibenci Allah. Karennya, kecuali dalam kondisi darurat, janganlah begitu mudah mengobral talak, baik hanya satu maupun tiga. Perbaikilah bangunan rumahtangga itu, jangan lalu dirobohkan untuk membangun yang baru lagi. Sebab apapun alasannya, perceraian selalu menorehkan luka dan memutus tali silaturahmi. Jadi ibaratnya mobil, mana yang penyok diketok magic saja, atau didempul yang tebal lalu disemprot Pilox biar mulus kembali!

Istri Bahrun, adalah salah satu wanita yang tak siap dengan perceraian itu. Meski alasan suaminya masuk akal, tapi Farida tak rela jika dicampakkan begitu saja. Sebab Bung Karno selalu bilang: jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Itu artinya, Bahrun harus menengok ke belakang, ketika belum jadi siapa-siapa dan belum punya apa-apa. “Ee, sekarang, baru bisa masak nasi kentel saja sudah mulai berlagu, kawin lagi…,” omel Ny. Farida merepet-repet.

Kondisi ekonomi Bahrun 25 tahun lalu memang benar-benar laksana kaum duafa, nyaris tanpa masa depan. Remaja lontang-lantung itu lalu disekolahkan oleh orangtua Farida, sehingga lulus SPG. Diapun kemudian menjadi guru negri. Agar tidak tanggung-tanggung menolong si anak miskin, Bahrun pun dijodohkan dengan Farida yang kala itu berusia 25 tahunan. Lantaran telah berutang budi, lelaki “ikatan dinas” itu tak bisa menolak. Lengkaplah kebahagiaan Bahrun, sudah diberi tamatan (ijasah), kini dikasih pula kenikmatan!

Ada yang bilang, istri itu penunjang karier suami. Mungkin ini benar, sebab karier Bahrun sebagai guru semakin cemerlang, sehingga dalam usia 40 tahun dia sudah diangkat jadi Kepala Sekolah. Cuma, kebutuhan manusia kan bukan hanya karier, tapi masih banyak yang lain. Salah satu di antaranya adalah keturunan, untuk penyambung dinasti. Lha ini Bahrun yang tidak punya, sebab sekian puluh tahun menjadi suami Farida, istrinya tak pernah sekalipun mengandung. Dua puluh lima tahun menikah, hasilnya hanya keringatan doang!

Hati Bahrun mulai gelisah. Mumpung belum terlambat, dia harus mencari istri baru yang bisa memberikan keturunan. Tapi untuk meninggalkan istri perdana, juga tiada tega. Ketika cinta isi ulang-nya bersemi pada seorang guru anak buahnya sendiri, diam-diam dinikahilah Fitri, 28, menjelang Lebaran kemarin. Sengaja nikah siri, karena sambil melihat situasi. Ibarat motor, pakai SIM sementara. “Yang penting sudah halal dikendarai,” begitu tekad Bahrun yang takut disemprit polisi.
Sayangnya, Fitri kemudian juga tak mau dimadu. Dia beranalogi, bebek petani Brebes saja bila sudah tidak bertelur, pasti dipotong. Itu artinya, Bahrun harus berani menceraikan Farida. Meski berat, demi cintanya pada istri baru yang masih in reyen dan belum boleh buat boncengan, Bahrun lalu menggugat cerai istrinya lewat Pengadilan Agama, Manggala. Agar memudahkan proses, alasan yang dipakai cukup jitu: istri tidak bisa memberikan keturunan alias majir bin gabuk.

Alangkah kagetnya istri malang dari Desa Pagarjaya, Kecamatan Lambukibang, Tulangbawang Barat ini. Apa dosanya kok suami tega menceraikannya? Padahal janjinya dulu, meski misalnya kawin lagi takkan melupakan bini perdana. Karene rasa keberatannya tak digubris suami, terpaksa Farida mengadu ke Bupati Menggala, agar menindak atau memecat Bahrun yang telah lupa pada sejarah. “Dulu kan kere, sekarang mau munggah bale (ngelunjak),” kata Farida bersungut-sungut.

Yeee….., yang punya “sungut” kan Bahrun, tapi nggak manjur!

cium wanita cium batu bata

Asyik nggak, habis mencium bini orang, lalu mencium bata merah hingga jontor bibirnya? Tapi begitulah resiko orang selingkuh macam Wahyudi, 30. Baru “cucuk-cucukan” macam burung bersama Ny. Indri, 27, tahu-tahu mukanya diasab (dipukul) batu bata merah oleh Dirjo, 32, suami WIL-nya. Ya jontorlah!

Tantangan dan godaan sebuah rumahtangga sangatlah banyak, bisa karena faktor internal dan eksternal, bisa pula faktor materil dan onderdil. Tapi apapun masalahnya, demi tetap tegaknya bangunan keluarga, sepasang suami istri harus mampu menyelamatkannya. Membiarkan mahligai rumahtangga itu hancur, sama saja membiarkan anak-anak bakal jadi korban. Pernahkah membayangkan, anak-anak sibiran daging dan tulang kita, kemudian jatuh dalam asuhan ayah tiri maupun ibu tiri? Padahal kata orang, ibu tiri lebih kejam dari Ibukota.

Indri agaknya tak membayangkan sejauh itu. Meski dia telah memiliki anak satu dari hasil perkawinannya melawan Dirjo sekitar 6 tahun lalu, dia menganggap enteng saja bila perceraian itu harus terjadi. Setelah memiliki PIL bernama Wahyudi, sepertinya dia makin pede saja menghadapi hari-hari ke depan. Apa lagi kekasih baru itu pernah menjanjikan, bahwa Rini, 2, akan dianggap sebagai anak sendiri. “Aku mencintai ibunya, dengan sendirinya harus mencintai anaknya,” begitu kata Wahyudi.

Kontan hati Indri berbunga-bunga, dan semakin sayanglah dia pada sang PIL. Di kala rumahtangganya sedang gonjang-ganjing bersama Dirjo, dia semakin intensif membina asmara cinta bersama Wahyudi. Salah satu bukti, ketika lelaki itu mengajakya kawin siri, langsung saja dilayani. Selanjutnya, keduanya tinggal di rumah kontrakan di kampung Cilung Kecamatan Sukun, Malang (Jatim). Di situlah mereka mereguk dahaga asmara. Bila di Sumbar terjadi gempa 7,6 skala Richter, di kamar Indri – Wahyudi “gempa” itu mencapai angka 9,3 skala Richter, sehingga ranjang pun berderak-derak!

Alangkah sedihnya Dirjo ditinggal istri tanpa berita. Soal dia ditinggalkan Indri, tak begitu menjadi masalah. Tapi ketika si bocah Rini sehari-hari menanyakan ibunya, sungguh siksaan batin bagi pedagang kelontong di Desa Segaran Kecamatan Pakisaji ini. Dia berhari-hari tak sempat dagang, karena harus mencari Indri dan menghibur Rini. Perilaku Dirjo jadi mirip Jaka Tarub ketika ditinggal kabur Dewi Nawangwulan dalam kisah legenda. Dia gendong Rini yang menangis itu ke sana kemari sambil menghiburnya: …..cup cup ajinomoto!

Hari-hari terus berjalan, sampai Dirjo memperoleh data dan gambaran jelas kepergian istrinya. Menurut data intelejen yang diperolehnya, Indri kini sudah kawin siri dengan PIL-nya yang bernama Wahyudi, dan mereka tinggal di rumah kontrakan bilangan kampung Cilung, Kecamatan Sukun. Pusing dua kalilah Dirjo jadinya. Pusing harus menelisik alamat kampung yang begitu luas, pusing pula memikirkan ulah istrinya. Kok bisa-bisanya kawin lagi, wong dengan dirinya juga belum pernah cerai. “Edan, wong wedok kok bojone loro (perempuan kok bersuami dua),” maki Dirjo berkepanjangan.

Seperti detektif partikelir saja laiknya, Dirjo menyisir setiap gang di kampung Cilung. Lama-lama perburuan itu membawa hasil, ketika dia melihat dua makhluk laki perempuan “cucuk-cucukan” bak burung di ruang tamu. Yang membuat jantung Dirjo mau copot, ternyata mereka adalah buronan yang paling dicari selama ini. Perempuan yang “disosor” itu adalah Indri, dan lelaki yang tengah “nyosor” itu adalah Wahyudi. Emosi Dirjo pun meledak, sebuah bata merah ditimpukkan hingga kena mulut Wahyudi.

Aksi mesra-mesraannya diganggu orang, membuat Indri marah. Tak peduli itu suami sendiri, dia langsung balik menyerang bak Srikandi. Perkelahian dua lawan satu itu pun terjadi sampai dilerai tetangga. Tapi ironisnya, ketika polisi turun tangan, justru Dirjo yang digelandang ke sel tahanan. Pasal perzinaan Indri – Wahyudi dikesampingkan, sebaliknya Dirjo dikenakan pasal penganiayaaan dan KDRT. “Tak apalah masuk penjara, yang penting aku sudah menjaga kehormatan rumahtangga,” kata Dirjo di Polsek.

Yang mana? Wong kehormatan istri sudah disosor orang!

PRAJABATAN DAN PRAKENIKMATAN

Awalnya kenal dalam acara prajabatan PNS, kemudian berlanjut jadi prakenikmatan ranjang. Tapi karena kedua pegawai rumahsakit ini sama-sama punya keluarga, urusan pun jadi memanjang. Apa lagi Widodo, 40, sempat memergoki selingkuhan istrinya ngumpet di dalam almari pakaian.

Tak ada kebahagiaan bagi orang-orang yang magang jadi PNS, ketika sudah mengikuti prajabatan. Sebab dengan cara demikian, dia sudah dipastikan bakal punya NIP (Nomer Induk Pegawai) dan jadi anggota Korpri, meski gaji awalnya baru 80 persen dulu. Langkah selanjutnya tinggal bagaimana dia berprestasi sebagai abdi negara. Jika rajin dan kondite bagus, jabatannya bakal naik terus, dari kasie jadi kasub, lalu kabag. Tak kalah menarik, jika dapat pos basah, dalam waktu cepat bakal bisa kaya, meski diukur secara gaji bulanannya sangatlah tidak mungkin.

Idam-idaman Ny. Yanik, 37, dari Gresik (Jatim) juga seperti itu, setidaknya bisa memperbaiki nasib keluarganya. Tapi dasar apes, baru sampai tahap prajabatan, dia sudah terkena godaan. Bukan godaan uang, tapi godaaan senyum dan rabaan seorang lelaki teman prajabatan. Dan karena Prayitno, 40, memang bisa memanjakan apa yang dia mau, Yanik pun terlena. Walhasil, dia jadi melupakan cita-cita awal sebagai pegawai negri. Bayangkan, baru saja selesai prajabatan langsung dilanjurkan ke acara “pra kenikmatan” ranjang di kamar hotel. Ya berantakanlah semuanya!

Kesamaan profesi, kadang-kadang bisa membuat seseorang jadi satu hati. Ini pula yang terjadi atas Yanik dan Prayitno. Saat ketemu dalam acara prajabatan di Surabaya, kebetulan mereka sama-sama karyawan rumahsakit. Yanik staf gudang RS Ibnu Sina Gresik, sedangkan Prayitno petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana RSUD Bangil, Pasuruan. Jadi klop kan? Yanik gudangnya pernik-pernik cinta, dan Prayitno punya “instalasi” yang siap memanjakan dan memuaskan wanita sasaran pria punya selera.

Awalnya mereka hanya tukar-tukaran nomer HP, lalu setelah kembali ke rumah sakit masing-masing, dilanjutkan dengan SMS-SMS-an dan telpon-telponan. Dasar Prayitno lelaki duda, sifat isengnya muncul. Jika SMS kepada Yanik selalu disertakan kata yank dan mama. Ternyata Yanik juga mengimbangi, membalas HP Prayitno dengan sebutan papa. Tentu saja sang duda tak menyia-nyiakan lampu hijau yang telah menyala. Meski tahu bahwa Yanik istri orang, diajaknya juga ketemu khusus di Surabaya. Ee ternyata Yanik tidak keberatan.

Hotel pun jadi sasaran pertemuan tingkat tinggi itu. Laki perempuan di kamar hotel, apa saja targetnya ketika berkhianat pada keluarga? Prayitno yang sudah beberapa waktu lamanya “puasa”, menjadi buas sekali dalam kondisi seperti ini. Maka tak ayal lagi, Yanik langsung disergap, hip, dan kena pada sumbernya. Meski awalnya mencoba berontak, akhirnya dia bertekuk lutut dan berbuka paha juga. “Asyik kan Bleh, habis prajabatan langsung prakenikmatan,” kata setan memberi semangat keduanya.

Sejak saat itu Yanik – Yitno jadi semakin rajin berkontak ria, SMS-nya nyaris tanpa jeda. Sekali waktu Widodo sempat membaca kata-kata mesra dalam HP istrinya itu, tapi Yanik membantah bahwa itu sebagai bentuk perselingkuhan. Katanya, sesama karyawan sudah biasalah gojek (berkelakar) dengan mama dan papa. Karena istri tak mau mengaku juga, ributlah jadinya mereka. Dan di sinilah kesalahan paling fatal, sebab kemudian Widodolah sebagai suami malah memilih purik ke rumah orangtuanya.

Akibatnya rumahtangga mereka semakin terancam. Sebab sepeninggal suami, Yanik semakin berani membawa Prayitno main ke rumahnya dan “main” pula di atas ranjang. Entah berapa kali mereka melakukan, sampai kemudian diketahui oleh Widodo. Ironisnya, jelas-jelas dia memasukkan lelaki, Yanik masih mungkir juga. Baru setelah digeledah dan ditemukan Prayitno ngumpet di almari baju, Yanik tak berkutik. Keduanya pun dilaporkan Widodo ke polisi. Bisa kena pecat sebagai PNS anyar, bisa pula kena pidana dengan pasal perzinahan.

Yang jelas, ini “sinergi” ngawur antara dua karyawan rumahsakit.

ada gula yg maniz

Ada gula dirubung semut, ada mertua kok digrumut (baca: diperkosa). Rasanya kisah ini tak masuk akal, tapi begitulah kelakuan Salimun, 26, dari Mojokerto (Jatim). Gara-gara sering mengintip Ny. Dasmi, 45, mertua mandi, dia jadi kelewat bernafsu. Setelah anaknya disikat, sang mertua giliran dihembat!
Terdapat empat ajaran kearifan bagi manusia Jawa, yang dikenal sebagai patang panembah. Yakni manembah (berbakti) kepada Allah Swt, karena Dialah pencipta seru sekalian alam. Berbakti kepada orangtua, karena mereka yang menjadi perantara kita hidup di dunia. Berbakti kepada guru, karena dialah yang memberikan ilmu pada kita. Dan terakhir, berbakti kepada mertua karena beliau telah memberikan jumbuhing rasa nikmat (kenikmatan), gara-gara kita mengawini/dikawini anaknya.
Ironisnya, Salimun warga Desa Watukenongo Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, tak bisa menghayati kearifan semacam ini. Kepada mertua perempuannya, dia bukan hormat, tapi malah……bangkit syahwat! Gara-gara penampilan Ny. Dasmi yang masih aduhai, Salimun malah meneguhkan tekad: kapan-kapan harus bisa menggauli. “Gula batu dirubung semut, bena aku mantu kowe arep tak grumut (biar aku menantu, akan kuperkosa kau),” ancam Salimun dalam hati.
Kalau dilihat secara umum, bisa dimaklumilah bila Salimun yang bukan malaikat, tertarik pada Ny. Dasmi ini. Penampilan wanita setengah baya ini memang masih sangat menggiurkan pada usia sembilan Pelita. Bodi seksi, kulit putih bersih, dada masih lumayan padat, dan betisnya…..mbunting padi. Dengan demikian setiap lelaki normal, pastilah bakal kontak dia punya pendulum manakala menatap penampilan Ny. Dasmi. Yang tak bisa dimaklumi, Salimun ini anak menantu Ny. Dasmi sendiri. Mana mungkin ibu mertua kok dipethakoli?
Akan tetapi, dunia setan memang tak pernah mendikotomikan mantu dan mertua, sebagaimana Orde Baru tak pernah mendikotomikan militer dan sipil. Di mata setan, baik mertua maupun mantu, punya kapasitas dan peluang sama, bisa dinikmati ataupun menikmati. Tinggal bagaimana lobi-lobi itu mampu dibangun. “Kalangan setan sih pasti siap memfasilitasi dan membantu, asal bukan bentuk uang….,” begitu kata setan serius.
Hal ini pula yang terjadi atas Salimun. Gara-gara penampilan mertua yang lebih menjanjikan daripada istrinya, dia tergoda untuk mengetahui apakah Ny. Dasmi seindah warna aslinya sebagai film Fuji. Maka di kala mertua tinggal di rumahnya, Salimun sering menyempatkan diri mengintip sewaktu Ny. Dasmi mandi. Dan ternyata, luar dan dalamnya memang luar biasa. “Ini pasti lebih mak nyusss….,” kata Salimun yang suka mengikuti acara Bondan Winarno dan Hermawan Sulistio.
Semakin sering mengintip, Salimun jadi semakin bernafsu. Maka beberapa hari lalu, ketika Ny. Dasmi minta diantar ke pasar Pungging, kesempatan ini digunakan sebaik-baiknnya. Ibu mertua bukan di antar ke pasar, tapi di tengah jalan justru dibelokkkan ke daerah sepi dekat hutan. Turun dari motor tanpa malu-malu Salimun berterus terang bahwa selama ini sangat bernafsu pada Ny. Dasmi yang juga ibu daripada istrinya. Karenanya mohon dengan hormat, bisalah kiranya sang mertua meluangkan waktu untuk melayani berhubungan intim bak suami istri.
Apa yang diperoleh? Muka Salimun segera ditampar, plakkkk!. Penolakan itu segera dijawab sang mantu dengan menelanjanginya dan langsung memperkosanya di atas rerumputan. Puas melaksanakan hajat segera Ny. Dasmi diajak pulang sambil diwanti-wanti jangan cerita ke mana-mana. Tapi mana mau mertua diatur mantu kurang ajar. Hari itu juga Ny. Dasmi melapor ke Polsek Pungging dan sejam berikutnya Salimun ditangakap. “Mertua saya Pak, bodinya begini…..,” kata Salimun malah berpromosi pada polisi.
Yeee…., petugas kok malah ditawari begituan!

kopi darat enak tenan

Awalnya hanya bercuap-cuap di udara, kemudian bercup-cup bibir di darat; itulah selingkuh antara dua penyiar radio swasta. Tapi karena suami Ny. Darini, 30. tak terima istrinya dikeloni penyiar yang juga oknum polisi, urusan jadi memanjang. Tragisnya, ketika digerebek Aiptu Bardi, 40, malah ngumpet di kamar mandi.

Tak ada larangan polisi jadi penyiar, sama halnya penyiar bisa saja jadi polisi. Sebab dari kedua profesi itu takkan terjadi konflik kepentingan. Siapa tahu mereka memang hobi bercuap-cuap di udara, sekaligus menyalurkan keahliannya. Siapa tahu pula polisi ini ahli kriminologi, lalu berbagi ilmu pada pendengar radio, menyoroti tentang peristiwa-peristiwa kejahatan. Lumayan kan, selain ilmunya bisa ditularkan, dia lazimnya memperoleh honorarium khusus.

Ilmu apa pula yang dimiliki Aiptu Bardi, sehingga dia dipercaya mengasuh sebuah acara radio swasta di Kandangan, Kediri? Ilmu kriminilogi, Ilmu Bumi, Ilmu Ukur, atau Ilmu Hayat? Nggak jelas semuanya. Yang pasti Bardi sangat menikmati acara itu, karena di studio dia kemudian bisa ketemu dengan TTM (Teman Tapi Mesra)-nya yang bernama Darini. Kebetulan pula si wanita juga penyiar di radio swasta yang sama, sehingga kesempatan selalu ketemu sangat terbuka lebar. Baik itu di gelombang FM, maupun di darat.

Kali pertama ketemu, hubungan Darini – Bardi hanya sebatas antar sesama penyiar saja. Tapi setelah akrab, dan penyiar yang juga polisi ini enak dijadikan teman ngobrol, mulailah Darini berani curhat tentang masalah pribadi. Termasuk juga masalah kemelut rumahtangganya yang tengah terjadi. Dia berharap polisi yang juga pelayan masyarakat itu bisa memberikan solusi jitu, sehingga friksi-friksi dalam keluarganya bisa dihapuskan dan bersama mas Winto, 35, suaminya kembali dalam situasi tata tentrem karta raharja (aman sejahtera).

Andaikan Bardi ini keluarganya baik-baik saja, bolehlah Darini minta petunjuk pada bapak polisi. Tapi dia sendiri kan dalam status duda cerai, sehingga perilaku mana yang bisa dijadikan keteladanan? Duda karena cerai bisa diartikan bahwa Bardi sendiri tak becus membina keluarga! Dengan begitu langkah yang ditempuh Darini sama saja buang-buang energi. Kalau ustadz misalnya, pastilah Bardi ini namanya kiai Jarkoni alias bisa ngajar ora bisa nglakoni (bisa menasihati tapi tak mampu menjalani sendiri).

Hal itu pula yang terjadi. Karena dalam status duda sudah lebih dari 2 tahun, Aiptu Bardi jadi ganas banget pada perempuan, terutama yang cantik macam Darini. Karenanya, ketika diminta nasihat-nasihatnya, Bardi justru menyarankan cerai saja jangan ragu. Sebab di sini dia punya kepentingan, jikalau wanita itu jadi janda, dia siap untuk mengambil alihnya. “Sudahlah cerai saja, kamu melepas satu lelaki, masih banyak lelaki yang menantimu, termasuk saya….,” kata Aiptu Bardi. Tentu saja kalimat “termasuk saya” hanya ditahan dalam hati.

Seperti diguna-guna saja, Darini sendiri lama-lama terpikat pada Bardi. Ketika lelaki itu mulai berani main colek dan nyrempet-nyrempet wilayah terlarang, dia hanya mendiamkan saja. Sadar bahwa lampu hijau telah menyala, sang konsultan itu menjelma jadi setan. Bila sebelumnya mereka hanya bercuap-cuap di udara, sekarang sudah berani pula bercup-cup bibir di tempat-tempat khusus. Bahkan hubungan suami istri yang mustinya hanya haknya Winto, sudah diambil alih oleh oknum polisi ini. Gilanya pula, Bardi – Darini berani melakukan di rumah Winto Desa Tulungrejo Kecamatan Pare.

Apes rupanya beberapa hari lalu. Winto yang mendengar khabar bahwa istrinya punya PIL dan sering dibawa ke rumah, diam-diam disanggongnya. Nah, ketika terlihat oknum polisi itu masuk rumah, langsung suami Darini ini panggil warga untuk menggerebek. Tapi ternyata Bardi hilang lenyap bak ditelan bumi. Setelah digeledeh dii segala penjuru, ditemukan dia sembunyi dalam kamar mandi. Langsung bersama Darini keduanya digelandang ke Polres Kediri.

Yang perlu diperjelas, dia ke kamar mandi apa mandi wajib?

cuma cium aj

Selingkuh tidak selalu identik dengan persetubuhan, itulah versi Sodin, 45, dari Bangkalan (Madura). Karenanya meski dia kedapatan tidur seranjang dengan bini tetangga, dia membantah bahwa telah berulangkali menyetubuhi Ny. Asminah, 41. “Kalau sekadar cium-mencium, memang iya,” begitu dia berkilah.
Tetangga yang baik haruslah siap berbagi suka dan duka. Ikut prihatin ketika ada musibah, dan ikut bergembira dalam kebahagiaan sang tetangga. Paling tidak, haruslah tanggap dan siap menjadi medan curhat, saat tetangga dekat dapat masalah. Sukur-sukur tidak sekadar sembur (nasihat), tapi juga uwur dalam arti siap membantu secara materi. Ini baru tetangga idola, namanya.

Ini pula agaknya yang dilakukan Sodin, sewaktu tetangga dekat rumahnya, keluarga Wasikin, 43, dapat musibah kecelakaan lalu lintas. Dia tak sekadar ngaruhke (menanyakan) kejadian itu, tapi juga ikut memberikan bantuan untuk biaya perawatan rumahsakit. “Terima kasih Mas, jadi merepotkan saja…,” kata Asminah, istri Wasikin penuh basa-basi. Kala itu kaki suaminya memang sampai patah gara-gara tabrakan.

Akan tetapi bantuan untuk keluarga Wasikin terus mengalir. Masalahnya, semenjak kecelakaan, kepala keluarga tak bisa mencari nafkah. Apa lagi kini suami Asminah kembali ke Madiun kampung asalnya, untuk berobat. Nah, sejak saat itu Asminah menjadi sering curhat pada Sodin tentang kesulitan ekonominya. Dasar lelaki ini tak tegaan, akhirnya yang terbuka bukan hanya mulut, kantongnya juga. Antara Rp 10.000,- hingga Rp 20.000,- hampir setiap hari pasti diinfakkan.

Tata cara Sodin membantu Ny. Asminah, lama-lama membuat istri Sodin jadi cemburu. Royal amat, membantu tetangga kok sehari-hari, memangnya kantornya Bachtiar Chamsyah (Depsos - Red), apa? Istri Sodin curiga bahwa suaminya ada main dengan bini Wasikin. “Ada uang pasti dapat goyang, biasalah lelaki,” kata bini Sodin. Tuduhan itu langsung disampaikan kepada suaminya langsung.

Ini akibatnya fatal, suami istri tersebut menjadi ribut. Logika sang istri, suami marah berarti nyata. Dan semakin sakit hatilah istri Sodin. Tanpa pamit pada suami, dia minggat. Kabarnya mendaftar jadi TKW. Agaknya dia memang tak tahan bila suaminya terjadi TTM (Tetangga Tapi Mesra) bersama Ny. Asminah. Prinsip istri Sodin, mending tak melihat daripada menyaksikan perselingkuhan di depan mata.

Konyolnya, sepeninggal istri Sodin seakan menemukan jalan lapang. Dia menjadi sering berkunjung ke rumah Asminah, bahkan nginep segala. Klimaknya, keduanya nekad “kawin siri”, meski Asminah masih istri sah Wasikin yang cacat kini. Tetangga sudah memperingatkan, tapi tak digubris. Sodin selalu rajin ke rumah Asminah, dan Asminah selalu membuka pintu untuk suami tetangganya tersebut.

Akhirnya habis kesabaran warga Perumnas Tunjung Kecamatan Burneh itu. Saat Sodin masuk rumah Asminah, langsung digerebek. Saat itu keduanya kedapatan sedang tidur-tiduran berdua. Langsung saja mereka malam itu dibawa ke Kantor RW. Tapi dalam interogasi keduanya tetap menolak tuduhan bahwa sering bersetubuh bak suami isrti. “Meski siri, kami selama ini hanya berciuman saja kok,” aku Sodin.

Hoo, hoo, hooo, perempuan kok suaminya dua!

isrti ku yg malang

Kalau sudah resmi cerai, silakan saja Erly, 28, mau selingkuh 7 kali sehari, Agus, 35, takkan melarangnya. Tapi keputusan talak Pengadilan Agama kan belum turun, kenapa sudah masukkan lelaki lain ke kamarnya. Ini sama saja Erly kan nggege mangsa (maunya serba cepat). Lalu Agus dianggap apa?

Urusan perceraian di Pengadilan Agama memang merepotkan dan terkesan bertele-tele. Sebab majelis hakim takkan langsung meluluskan permohonan cerai itu. Biasanya selalu “dipersulit” dengan maksud kalau bisa, baikan lagilah. Apa lagi jika alasannya hanya masalah ekonomi, pasti dilama-lamain macam ngurus sertipikat di kantor Agraria (BPN) tapi duitnya kurang memadai.

Keluarga Agus – Erly juga sedang mengurus proses perceraian di PN Bandar Lampung. Juga dilama-lamain, karena alasannya hanyalah masalah ekonomi. Nah, keputusan belum keluar, sedangkan pasangan suami istri ini tak nyaman lagi hidup dalam satu ranjang, Agus memilih pisah rumah. Itung-itung latihanlah, bila kelak benar-benar bukan lagi pasangan suami istri bersama Erly. “Mau pergi, silakan, tapi anak jangan dibawa,” pesan Erly kala itu.

Erly ngotot hak asuh anak, karena si kecil memang lebih akrab dengan dirinya. Meski sebetulnya berat, Agus terpaksa menerima persyaratan itu. Sebab kalau dipaksakan juga, justru dia akan menyiksa si anak. Maka agar si bocah yang tak tahu persoalan orang tua tersebut tak menjadi korban kedua kalinya, dia angkat kaki dari rumah sendiri, dan bergabung ke rumah orangtuanya. Sebelum pergi dia tak lupa mencium beberapa kali si kecil, sebagai pengobat kangen.

Lima minggu jauh dari keluarga ternyata Agus kangen juga. Jangan salah, bukan kangen pada ibunya, tapi kangen pada si kecil. Maklum, kalau “si kecil” dalam kolornya memang masih bisa diajak kompromi. Agus masih bisa memberi pengertian, bahwa manusia itu selalu mengalami pasang surut, kadang panen, kadang peceklik. “Peceklik sementara nggak apa ya, nanti kamu bisa “panen raya” lagi kok, tenang saja….,” hibur Agus pada “si kecil”.

Orang lain macam Agus boleh saja kuat menahan libido, tapi Erly yang masih muda dan sangat enerjik, tak bisa berbuat seperti suaminya. Maka mumpung situasi rumah sangat kondusif, diam-diam dia memasukkan lelaki lain. Dia adalah juga sesama polisi sebagaimana suaminya. Dan begitulah yang terjadi, Erly nekad begituan dengan oknum polisi meski dia masih sah istri Agus. Bila di Sumbar ada gempa tektonik, di kamar rumah Erly ada “gempa lokalik” dengan ukuran 7,8 Skala Richter.

Nyaman bagi Erly dan selingkuhan, siksaan bagi Agus yang dipisahkan anak berminggu-minggu. Tak tahan menahan kangen pada si kecil, beberapa hari lalu dia nekad pulang ke rumahnya di Jalan Pangeran Antasari, Tanggamus, Bandar Lampung. Gairah bakal ketemu anak mendadak sirna, begitu masuk kamar dia melihat istrinya sedang kelonan bersama oknum polisi Bardino kenalannya. Melihat pakaian mereka yang kusut dan berkeringat, jangan-jangan mereka baru saja menyelesaikan ronda ke 12, apa partai tambahan.

Istrinya langsung dimaki-maki, dituduh sebagai perempuan yang nggege mangsa dan tak sabaran. Bagaimana mungkin, perceraian belum terjadi kok sudah membawa lelaki lain dalam kamarnya. Lalu Agus ini dianggap apa, asesoris untuk pemantes saja? Selesai main rusak motor selingkuhan istri, Agus segera mengadukan kasus ini ke Polres Bandar Lampung. Tapi lucunya, selingkuhan Erly balik melaporkan Agus dengan tuduhan pengrusakan barang orang. Rame, satu ngrusak motor, satunya ngrusak
“kondensator”…..!

bidan oh my good

Memalukan! Jabatan Anwari, 43, Kepala Sekolah Menengah Kejuruaan (SMK), tapi malah (S)elingkuh (M)elulu (K)erjaanya. Bayangkan, ada bidan setengah “nganggur” ditelateni. Tapi sial, baru saja selesai “ngetap olie” bersama Ny. Nunung, 40, digerebek warga, dan Pak Kasek suka ngeseks itu babak belur digebugi.

Anak-anak lulusan SMK biasanya lebih mudah diserap dunia lapangan kerja, karena memang mereka merupakan tenaga siap pakai, sesuai dengan keahliannya. Beda yang lulusan SMA, mereka terlalu banyak teori dalam mata pelajaran yang sangat umum. Maka jika punya biaya, setamat SMA mendingan meneruskan kuliah di perguruan tinggi. Pasarnya setelah lulus nanti lebih luas. Tapi itu pun tak menjamin, sebab kini juga ada Sarjana Es Satu (S-1) terpaksa jualan Es Mambo karena susah mencari kerja.

Murid-murid Anwari, kepala sebuah SMK di Lawang Kabupaten Malang (Jatim), tak ada yang bernasib seburuk itu. Rata-rata mereka dapat penempatan setelah lulus, sebab Pak Kepsek ini juga suka mengarahkan murid-muridnya. Cuma konyolnya, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan ini diem-diem juga juru…….selingkuh. Maklumlah, sebagai guru sekolah tehnik, dia juga sangat menguasai tehnik merayu wanita setengah “nganggur”; lebih-lebih yang cantik macam Bu Bidan Nunung ini.

Ada istilah “setengah nganggur” di sini, sebab statusnya Ny. Nunung ini masih punya suami. Cuma dengan suaminya yang bekerja di Dinas Kesehatan Surabaya, sudah lama pisah ranjang.Jadi mau disebut janda, dia belum punya surat cerai. Tapi bila disebut masih bersuami, bapaknya anak-anak tak pernah nongol. Jadi status Ny. Nunung benar-benar masih mengambang. Jaman Menpen Harmoko dulu ada istilah: masa mengambang (floating mass), lha kalau janda mengambang apa pula istilahnya ini?

Dianggurkan suami begitu lama, sebagai wanita yang masih muda dan enerjik, mana tahan? Karenanya, dia tak menafikan bisikan-bisikan asmara yang dilancarkan sejumlah pria. Maklumlah, kecantikan Bu Bidan ini memang masih menjanjikan, masih pulen dan mempur andaikan singkong goreng. Karena itulah, begitu tahu status dan kondisi Ny. Nunung, bergantianlah sejumlah lelaki menawarkan proposal cinta. Baik itu mereka yang dalam status duda, atau sekedar mereka yang iseng cari tokoh alternatif unuk tamba adhem.

Akhirnya cinta Nunung justru nyangkut pada Kepala SMK. Awalnya mereka kenal ketika sama-sama jadi anggota Panitia Pemilihan Gubernur Jatim di Kecamatan Lawang. Dari mencatat dan membolak-balik kartu suara, lama-lama Anwari berani “membolak-balik” Bu Bidan ini di atas ranjang. Maklumlah, mereka dalam kondisi padha butuhe (sama-samba membutuhkan). Dan ternyata Anwari memang mampu menggantikan sosok bapaknya anak-anak. Tenaganya luar biasa, cukat trengginas (cekatan) seperti bangau mematuk ikan.

Lama-lama Anwari semakin berani. Bila aksi “ngetap olie”-nya selama ini dilakukan dalam hotel, kemudian dilakukan di rumah Nunung di Desa Mulyoarjo Kecamatan Lawang (Malang) sambil tutupan lawang (pintu) tentu saja. Menyaksikan seringnya Anwari main ke rumah Bu Bidan hingga di luar kepatutan, penduduk jadi curiga. Jangan-jangan telah terjadi hil-hil mustahal di antara mereka. “Grebek wae, ben kapok (gerebek saja, biar jera).” Kata warga menyarankan.

Akhirnya hari naas itu terjadi malam kemarin. Terlalu lama Anwari bertamu di rumah bidan Nunung, warga menggedor-gedor pintu. Tapi Bu Bidan berkilah tak ada tamu dalam rumah. Warga tak percaya, sehingga dilakukan penggledahan. Tul-kan? Kepala SMK itu ditemukan sembunyi di kamar mandi. Langsung saja dia diteriaki maling dan diseret keluar. Penduduk yang emosi memukulinya bertubi-tubi. Untung saja pamong desa datang dan melerainya. Kasusnya dibawa Ke Polsek Lawang.

Mengenaskan, kepala sekolah kok benjol kepala!

melapor ke polsek

Menjadi dukun, sepertinya kalau tidak cabul jadi kurang afdol. Lihat saja kelakuan Kasiyun, 40, dukun dari Semarang ini. Seperti dukun-dukun cabul sebelumnya, ngakunya mengobati orang sakit parah dia masih bisa menyetubuhi istri pasien bahkan adik iparnya sekaligus. Luar biasa, ……edannya!

Istri yang baik memang harus siap berkorban demi suami, begitu pula sebaliknya. Ketika suami sakit, istri tak hanya setia merawatnya, tapi juga rela melepas sejumlah hartanya untuk berobat suami. Sebab ada juga istri yang owelan (serba tak rela). Tahu suaminya sakit parah tak mau juga membawa ke RS dengan alasan nyangoni kawula minggat (percuma), takkan sembuh juga. Kalau mau mati, biarlah dalam pengiritan.

Marni, 29, warga Blotongan, Salatiga, bukan tipenya istri yang macam begitu. Kalau ada harta, pastilah dia akan membawa suaminya yang sakit liver parah ke dokter. Tapi karena tak ada dana cukup di rumah, terpaksalah dia harus percaya pada pengobatan alternatif yang biasa dilakukan kalangan dukun dan paranormal. Itupun harus pilih-pilih yang kelas murahan. Sebab ada kabar, pengobatan alternatif yang berkelas macam ustadz Danu yang sangat beken di TPI itu, untuk bisa berobat langsung dengan beliau harus bayar infak sampai Rp 3,5 juta!

Panutan keluarga dan tulangpunggung rumahtangga Marni, yakni Murtirin, 40, memang sudah lama terkapar di kamar gara-gara penyakit lagunya Betaria Sonatha, hati yang luka alias liver atau hepatitis. Pernah dibawa ke rumahsakit, tapi karena tak sanggup biayanya terpaksa pulang paksa. Belajar pengalaman di RS, di rumah Murtirin harus menghindari makanan berminyak, yang goreng-gorengan misalnya. Apa lagi penggorengan, dilarang keras.

Ingin ngirit gara-gara tak punya duit, membuat penyakit Murtirin semakin parah. Kini perutnya membuncit, sementara di ulu hati rasanya semakin menggigit. Ketika ada yang menyarankan untuk pakai pengobatan alternatif, kemudian dipanggilnyalah dukun Kasiyun yang tinggal di Krajan Kesangga, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Diapun segera hadir dan yang melayani Marni istri Murtirin, dibantu Wiwik, 23, adik iparnya alias adik kandung Murtirin.

Ketika melihat istri dan adik ipar pasiennya begitu mulus-mulus bebas dempul, otak dukun Kasiyun jadi ngeres. Dia tak lagi berfikir bagaimana pasien bisa sembuh, tapi justru memeras otak bagaimana bisa menyetubuhi dua wanita itu sekaligus. Maka katanya kemudian, yang bisa mengobati bukan duku, tapi justru istri dan adik pasien itu sendiri. “Aku hanya bisa membantu saja, mari masuk kamar,” kata dukun Kasiyun dengan mata yang liar, seakan mau menelan mentah-mentah Marni dan Wiwik.

Untuk kesembuhan suami, Marni rela melakukan apa saja. Maka ketika di kamar dijelaskan bahwa syaratnya harus lewat persetubuhan, dia pun langsung mapan (melayani). Belum juga puas menyetubuhi istri pasien, Kasiyun kemudian memanggil Wiwik. Di tempat itu pula adik Murtirin yang masih gadis itu digebernya juga dengan pasrah. Kisah memalukan ini mereka pendam serapat mungkin. Tapi karena sampai seminggu setelah itu penyakit Murtirin makin parah, dengan malu-malu Marni malapor ke Polres Salatiga.

dendam pemorkosaan

Ina tertunduk lesu diatas kursi plastik berwarna hijau yang warnanya sudah memudar, matanya tampak sayu, pandangan matanya kosong menerawang ke depan. Dihadapannya terdapat sebuah meja kayu, seorang polwan duduk dibelakang meja itu, berhadap-hadapan dengan Ina.

Diatas meja terdapat sebuah papan nama bertuliskan AKP Yuliana, Kepala unit perlindungan perempuan dan anak. Ya, Ina memang tengah berada di kantor polisi guna melaporkan peristiwa kriminal yang baru menimpanya. Sesaat kemudian pikirannya melayang kembali kepada kejadian yang baru dialaminya tadi malam.

Saat itu, dia sedang dalam perjalanan pulang sehabis menonton film di bioskop bersama sang kekasih, Ferdi. Film selesai diputar tepat pukul 23.30. Berdua, mereka menuju tempat parkir motor, kemudian Ferdi segera memacu motornya menuju rumah Ina untuk mengantarkannya pulang. Setengah jarak menuju kediaman Ina ditempuh dengan lancar-lancar saja, hingga tiba-tiba, dua buah motor bebek berwarna hitam buatan pabrikan Jepang, melaju kencang dari belakang motor Ferdi, dua motor itu terus menambah kecepatan dan akhirnya memepet motor Ferdi dari dua arah, kiri dan kanan.

Dua motor disamping kiri dan kanan tersebut masing-masing dinaiki oleh dua orang, sehingga total ada empat orang yang mengepung Ferdi dan Ina. Merasakan situasi yang gawat karena jika ini diteruskan pasti orang-orang yang berada disamping akan mampu menghentikan motornya dan berbuat jahat, spontan Ferdi mengerem motornya kuat-kuat. Dan rupanya berhasil, keempat penjahat itu melaju terlalu kencang sehingga motor Ferdi tertinggal lumayan jauh, tanpa membuang waktu, Ferdi berbalik arah dan segera memacu motornya agar bisa lolos dari kejaran para penjahat tersebut. Ina sedari tadi tampak sangat ketakutan, ia tampak memeluk punggung Ferdi dengan erat sembari memejamkan mata.

Sesaat, mereka terlihat akan mampu meloloskam diri dari kejaran para penjahat tersebut, namun, "Duar!" Terdengar suara yang keras. Rupanya sumber suara tersebut berasal dari ban motor Ferdi yang pecah. Tampaknya para penjahat itu sudah terlebih dahulu menaburkan paku-paku kecil sepanjang pengejaran tadi, sehingga ketika motor Ferdi berbalik arah, paku-paku tersebut membuat ban depan motor Ferdi pecah. Motor Ferdi terguling, Ferdi dan Ina terlempar dan kemudian terjatuh berjarak sekitar lima meter dari lokasi motor terguling.

Ferdi langsung tak sadarkan diri karena berbenturan keras dengan aspal, sementara Ina mengerang kesakitan memegangi bahu kirinya yang terasa nyeri karena benturan keras saat terjatuh tadi. Ina beranjak berdiri dan menghampiri Ferdi yang tengah pingsan. Ina berusaha membangunkan Ferdi. Namun sesaat kemudian terdengar suara kedua motor pengejar tadi mendekat, kian mendekat dan kemudian mematikan mesin.

Mengetahui bahwa keadaan kian berbahaya, Ina berusaha semakin keras membangunkan kekasihnya dengan mengguncang-guncang tubuh Ferdi. Sia-sia saja, yang diguncang tidak tampak akan segera kembali kepada kesadarannya. Selanjutnya, Ina baru menyadari bahwa keempat orang tadi sudah berada disekelilingnya, keempat orang tersebut mengenakan jaket kulit dan celana jeans, mukanya tertutup helm teropong sehingga tidak terlihat dari luar.

Berikutnya, salah satu yang berbadan paling kekar -tampaknya pemimpin gerombolan penjahat itu- maju dan meminta Ina menyerahkan harta dan benda berharga yang dimilikinya. Ina menyerahkan dompet, ponsel dan perhiasan yang melekat di tubuhnya, namun tampaknya para perampok itu merasa masih kurang dengan jumlah rampasan yang didapatkan malam ini. Si badan kekar menghampiri Ina dan memintanya menyerahkan tambahan uang.

"Heh, segini sih kurang.... ayo, pasti kamu punya lagi. Keluarin, cepat!!!!" Bentaknya.
"B..bener bang, enggak ada lagi, cuma itu yang ada." Jawab Ina dengan badan gemetaran karena rasa takut yang amat sangat.
"Jangan bohong kamu!!" Tambah si badan kekar, dan "Plakk!!" Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Ina hingga meninggalkan bekas merah.
"Aduuuh!! Ampun bang.. bener." Ina menjawab sambil sesenggukan seraya memegangi pipi kirinya yang terasa sakit.

Penjahat itu membuka helm teropongnya sehingga terlihat wajahnya yang garang dengan rahangnya yang hampir berbentuk kotak, sebuah bekas luka -tampaknya luka sayatan- terlihat memanjang vertikal di pipi sebelah kanannya, kulit orang itu berwarna cokelat dan rambutnya keriting namun dipotong cepak.

"Aku geledah dulu kau, baru aku percaya!!"

Penjahat itu memandangi Ina dari ujung rambut ke ujung kaki. Memang, dengan tinggi 165 cm dan kulit yang kuning langsat ditambah paras yang ayu membuat Ina sangat menarik bagi lelaki manapun yang memandangnya. Penjahat itu mulai menggeledah tubuh ina dengan perlahan, dari kaki, kemudian pantat, dan saku depan. Tidak ada yang ditemukan, penjahat itupun nampaknya merubah pikirannya. Tangannya mulai meraba-raba tubuh Ina, tangan kirinya meraba dan setengah meremas payudara sebelah kanan Ina sementara tangan satunya meraba paha bagian dalam.

Diperlakukan seperti itu, Ina tahu bahwa orang ini bukan mencari harta, tetapi hendak berbuat yang lain. Ina pun berontak dan mendorong tubuh penjahat itu kuat-kuat sehingga penjahat itu terdorong mundur, namun dari belakang, ketiga anak buah si penjahat berbadan kekar langsung memegangi tubuh Ina. Satu orang memegang tangan kanan, satunya lagi tangan kiri, dan yang terakhir memegangi kaki, sehingga praktis Ina kini tidak dapat bergerak lagi. Si bos penjahat kembali maju dan meremas dada Ina kuat-kuat. "Aauw!! Sakit!" Jerit Ina.

"Sudah, kamu diam aja! Pasti bakalan enak, hahahahaha!!" Bos penjahat itu tertawa, diikuti tawa anak buahnya.

Ina hanya bisa terdiam, air matanya meleleh mengetahui apa yang akan segera menimpanya. Dalam hati, ia berharap agar kekasihnya segera siuman dan menghajar para penjahat ini hingga mereka lari tunggang-langgang. Harapan tinggal harapan, Ferdi tidak menunjukkan gejala segera siuman. Berikutnya, jaket berbahan jeans yang dikenakan Ina sudah dibuka paksa oleh bos penjahat itu dengan bantuan anak buahnya yang kebagian memegangi tangan Ina sehingga kini Ina terlihat mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam dipadu dengan celana jeans.

Para penjahat itu tampak semakin ganas. Hanya dengan satu tarikan kuat, bagian depan kemeja Ina sudah terbuka, kancing-kancing bajunya jatuh bertebaran, sehingga sekarang tampaklah payudara montok Ina yang dibungkus bra berwarna hitam. Para anak buah menarik kemeja itu dari belakang dan kemudian membuaka kaitan bra hitam itu sehingga bukit kembar milik Ina kini terbuka bebas. Melihat itu, si bos penjahat langsung maju dan melumat payudara kiri Ina, sementara tangannya bermain dengan puting sebelah kanan payudara Ina.

Ina hanya bisa terdiam pasrah, matanya dipejamkan, mulutnya sedikit terbuka karena dirinya mulai terangsang, puting payudaranya yang dikulum dan dipilin-pilin perlahan-lahan mulai menegang. Sesekali terdengar desahan pelan terlontar dari bibirnya yang tipis dipulas lipstik warna pink. Seolah tidak sabar, si bos memerintahkan anak buahnya untuk mendudukkan Ina di atas rumput, kemudian melepas sepatu kets berwarna putih yang diapakai Ina.

Berikutnya si bos langsung membuka resleting celana jeans Ina dan segera meloloskannya dari kedua kaki mulus Ina. Dengan cengkeraman kuat dari para anak buah penjahat itu, Ina tak kuasa melawan, kini tubuhnya hanya tinggal ditutupi oleh celana dalamnya yang berwarna senada dengan bra yang tadi dikenakannya, hitam. Hal itupun tak bertahan lama karena berikutnya, celana dalam itu direnggut paksa oleh si bos sehingga terlihalah kemaluan Ina yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang lebat.

Bos penjahat yang melihat pemandangan menggiurkan tersebut tidak berkedip dibuatnya. Ia langsung melorotkan sendiri jeans berikut celana dalamnya sehingga penisnya yang sedari tadi sudah ereksi terlihat mengacung ke arah Ina yang kini dipaksa telentang dalam keadaan telanjang bulat. Ina sedikit merasa takjub dengan penis pimpinan penjahat itu yang dalam keadaan tegang kira-kira panjangnya mencapai 20 centimeter dengan diameter enam centimeter, lebih panjang dari kepunyaan Ferdi.

Tanpa ba bi bu, penjahat kekar itu kemudian mengarahkan penis tegangnya ke arah liang kemaluan Ina. "Stop!! Tidak!! Jangaaan!!" Teriak Ina sambil berupaya meronta. sedetik kemudian, kepala penis itu sudah digesek-gesekkan di bibir luar kemaluan Ina. "Aaaa, jangaaan, please!! Sudah!!" Ina berteriak-teriak tidak keruan karena penis besar itu mencoba menerobos kemaluannya.

Sesaat kemudian. "Aaaahh!!!" Terdengar teriakan Ina, rupanya setengah dari penis itu sudah berhasil masuk kedalam liang vagina Ina. Bos penjahat itu mulai memaju-mundurkan penisnya yang menancap separuh di vagina Ina. Perlahan tapi pasti, penis itu melesak kian dalam dan mengaduk aduk isi liang kemaluan Ina. Inapun tak kuasa menahan rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya. "Enghh.. aa.. ahh!!" Desah Ina saat bos penjahat itu terus memompa vaginanya. Jepitan bibir vagina Ina yang rapat rupanya membuat penjahat itu tidak mampu lama-lama menahan gelombang orgasmenya, sepuluh menit kemudian bos penjahat itu mengerang keenakan, matanya dipejamkan dan Crott! Crott! Crott! Semburan demi semburan sperma keluar didalam vagina Ina.

Bos penjahat itu tampak puas setelah menggagahi Ina, diapun beranjak dari tempatnya dan memungut kembali pakaiannya untuk kemudian dikenakan kembali. Penderitaan Ina tidak sampai disitu saja, ketiga anak buah penjahat yang memeganginya dari tadi rupanya sudah tidak tahan untuk mengambil 'jatah' mereka. Mereka langsung melepas celana masing-masing dan memperlihatkan penis masing-masing yang sudah sangat tegang melihat adegan persetubuhan bos mereka tadi.

Ina yang masih mengatur nafasnya kembali disetubuhi. Kali ini, satu orang berbaring diatas rumput dan memaksa Ina untuk duduk diatas penis tegangnya sehingga Ina kini bereada dalam posisi 'woman on top', baru beberapa detik, orang yang kedua mendorong badan Ina kedepan dan menggesek-gesekkan penisnya di anus Ina. "Ahh, ja.. jangan disitu bang!!!" Kata Ina memohon.

"Sudah, kamu diam saja, tidak usah banyak omong!!!" Bentak penjahat yang kedua.
Penjahat itu meludahi anus Ina agar penisnya dapat menerobos masuk ke dalam anus Ina. Beberapa saat kemudian, penis itu dapat menembus anus Ina. "Aaaa!! Aduuh, ampuun bang, cukup!!" Teriak Ina, airmataya kembali meleleh membasahi kedua pipinya.

Si Penjahat kedua tidak menggubris hal itu dan terus memaju-mundurkan pantatnya sambil mendesah keenakan karena jepitan anus Ina yang rapat. Tidak berhenti disitu, penjahat ketiga datang dan menjejalkan penisnya kedalam mulut mungil Ina, hal itu membuat Ina tersedak karena kerongkongannya tersentuh kepala penis. "Mm.. eghhh!!" Ina tak dapat berkata-kata. Kini ketiga lubang Ina penuh dijejali oleh tiga batang penis milik para penjahat itu. Menerima rangsangan begitu hebatnya, sekitar lima menit kemudian tubuh Ina bergetar hebat seiring datangnya gelombang orgasme.

"Mmm.. mmm.. hhh!!" Hanya itu yang terlontar dari bibirnya yang sedang disumpal oleh penis. "Plok-plok-plok!!" Bunyi itu terdengar ketika paha para penjahat itu beradu dengan tubuh Ina. Sepuluh menit berlalu, Penjahat kedua yang batang penisnya menancap di anus Ina tidak tahan lagi karena sempitnya lubang anus, Crott!! Crott!! Air maninya ditumpahkan didalam lubang anus Ina. Saat penjahat kedua menarik penisnya keluar, tampak cairan sperma meleleh keluar dari mulut anus Ina.

Tidak lama kemudian, giliran penjahat pertama yang mengerang keenakan dan penisnya memuncratkan sperma didalam vagina Ina. Penjahat itupun kemudian menarik keluar penisnya, sekali lagi tampak lelehan sperma yang perlahan mengalir keluar dari liang vagina Ina. Penjahat ketiga yang sedang dioral Ina mebdadak mencabut penisnya, ia kemudian berpindah kebelakang Ina dan memasukkan penisnya kedalam vagina Ina dalam posisi doggy style, rupanya ia ingin merasakan nikmatnya jepitan vagina dari perempuan ini.

Penis itu masuk dengan lancar karena memang vagina Ina sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya ditambah sisa-sisa sperma tadi. "Ahh.. enghh.. sudah.. dong!!" Ina berkata terputus-putus, namun penjahat itu tak memedulikan ucapan itu, ia terus memompa tubuh Ina dengan cepat. Sepuluh menit dalam posisi doggy style, penjahat itu merasakan gelombang orgasme yang kian mendekat, Ina rupanya juga mendekati puncak kenikmatan, hal tersebut tampak dari desahannya yang kian cepat. Sesaat kemudian penjahat itu membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Ina dan, crott!! Crott!! Penisnya memuntahkan sperma.

Disaat yang bersamaan, Ina juga mencapai orgasme, tubuhnya menggelinjang, kepalanya menengadah dan matanya terpejam. "Ah.. hh.. aaaaaaahh!!" Teriaknya.
Penjahat itupun tampak sangat puas dan kembali berpakaian. Si bos penjahat kembali datang sembari menghunus pisau besar, Ina ketakutan karena menduga bahwa ia akan dibunuh.

Penjahat itu terus mendekat dan 'jlebb', rupanya ia hanya menancapkan pisau itu ditanah tampaknya mengukir sesuatu, entah apa maksudnya, sesaat kemudian bersama rekan-rekannya yang lain segera meninggalkan tempat itu, dua orang berboncengan, seorang lagi berkendara sendirian, dan yang terakhir menaiki motor Ferdi dan langsung tancap gas. Ina terkulai lemas dalam keadaan telanjang bulat, keringat membanjiri tubuh indahnya ditambah dengan sisa-sisa sperma yang tampak mengalir keluar dari lubang anus dan vaginanya. Dengan tenaga yang tersisa, Ina berpakaian kembali dan melanjutkan usahanya membangunkan Ferdi. Beruntung, sesaat kemudian ada pengendara mobil yang lewat dan bersedia berhenti membantu mereka.

"Itu pasti gerombolan si Kodir, dia memang sudah lama kami buru." Kata polwan yang duduk didepan Ina sambil memandangi foto TKP yang menunjukkan gambar ukiran huruf kapital K di tanah.

"Ciri-cirinya memang begini, selalu meninggalkan inisialnya sendiri. Entah apa maksudnya, mungkin sebagai ciri khas, tampaknya ia bangga dengan hasil kejahatannya." Tambah polwan itu lagi.

"Kami sebenarnya sudah sering hampir berhasil menangkapnya, namun disaat-saat terakhir, ia selalu berhasil lolos. Coba mbak lihat ini!" Polwan itu menunjukkan koran terbitan hari ini.

Ina membaca headline di halaman keempat. "Sudah ada perintah tembak mati dari atasan, tapi tampaknya ia tidak takut mati, malah menigkatkan frekuensi kejahatannya." Kata polwan itu lagi.

Sesaat kemudian terdengar pintu ruangan diketuk, rupanya anak buah polwan itu melaporkan bahwa posisi Kodir berhasil dilacak. "Bagus, segera siapkan tim untuk penyergapan!!" Perintahnya.

Sejumlah personel polisi segera bersiap, enam mobil patroli disiapkan dan kemudian berangkat dengan bunyi sirine yang terdengar meraung-raung. Polwan itu sendiri yang langsung memimpin penyergapan.

Yuliana, atau lebih sering dipanggil bu Ana oleh anak buahnya, adalah seorang polwan yang masih terlihat cantik di usianya yang kini menginjak 35 tahun. Tubuhnya masih tampak langsing layaknya seorang gadis karena Ana pandai merawat tubuhnya, paling tidak sebulan sekali ia mengunjungi spa untuk lulur ditambah hal-hal lainnya, selain itu ia selalu menjaga pola makannya sehingga ia tetap terlihat bugar. Ana saat ini berstatus janda tanpa anak setelah bercerai dengan mantan suaminya setahun yang lalu.

Kembali ke penyergapan, sekarang rombongan mobil patroli tersebut berada di kawasan yang sepi penduduk. Melalui radio polisi, Ana memerintahkan para anak buahnya untuk mematikan sirine karena akan menarik perhatian. Iring-iringan mobil itupun bergerak mendekati sebuah rumah tua yang tampak tak berpenghuni, rupanya di tempat itulah yang ditengarai sebagai tempat persembunyian sementara Kodir cs.

Para polisi itupun turun dari kendaraan dan berpencar, sebagian mengendap-endap dari pintu belakang dan sebagian lagi langsung menyergap dari pintu depan. Pasukan dari pintu depan langsung mendobrak pintu dan menyergap masuk dengan senjata api berada di genggaman masing-masing. Di dalam, terlihat tiga orang anak buah Kodir yang langsung mengangkat tangan setelah melihat kedatangan polisi yang menodongkan senjata api. Tetapi, tidak tampak kehadiran si gembong penjahat, kemungkinan melarikan diri kearah pintu belakang.

Benar saja, polisi yang menyergap dari belakang bertemu muka dengan Kodir. Maka terjadilah baku tembak sengit. Seorang anggota terluka terkena tembakan jitu si Kodir. Baku tembak terus berlangsung selama kurang lebih tiga menit. Hingga kemudian, "Dor!!" Sebutir timah panas bersarang di punggung Kodir, seketika badannya pun jatuh tersungkur dan tertelungkup, nafasnya tampak tersengal-sengal, kelihatannya ia sedang sekarat. Peluru yang bersarang di punggung Kodir tadi rupanya berasal dari pistol AKP Yuliana yang datang dari arah belakang Kodir.

Kodir yang sekarat membalikkan tubuhnya sehingga telentang, ia ingin melihat siapa penembaknya. Dengan mata melotot, Kodir memandangi wajah Ana dengan setengah kejang dan nafas tersengal sembari mengarahkan telunjuknya kearah Ana seolah mengatakan "Awas kau!". Beberapa saat kemudian Kodir menemui ajalnya.

Ana tampak puas dengan kinerja anak buahnya yang berhasil menemukan lokasi persembunyian Kodir cs yang selama ini dikenal licin bagai belut. Catatan kriminal Kodir cs pun berhenti hari ini. Masyarakat bisa lebih tenang mengetahui kematian Kodir.

Satu bulan berlalu sejak peristiwa itu, angka kejahatan memang menurun cukup tajam karena selama ini Kodir cs lah yang paling sering melakukan tindakan kriminal. Masyarakat dan polisi benar-benar bisa tidur lebih nyenyak semenjak kematian bos penjahat tersebut.

Sore itu, Ana tiba di rumahnya yang dindingnya bercat putih. Setelah memarkir mobilnya dan mengunci pagar rumah, Ana masuk kedalam rumah, badannya terasa letih sehingga ia berpikir untuk mandi air hangat agar rasa letih yang dirasakannya dapat berkurang. Setelah menutup dan mengunci pintu depan, Ana memasak air yang akan dipergunakan untuk mandi.

Sambil menunggu air mendidih, Ana meneguk soft drink dingin yang disimpan di lemari es sambil menyalakan pesawat televisi. Selang sepuluh menit, air tampak sudah mendidih. Dengan membawa panci berisi air panas, ana menuju kamar mandi, air itupun dituangkan kedalam bak mandi, Ana menyalakan keran agar air panas itu bercampur dengan air dingin dan menjadi hangat. Maklum, kamar mandinya masih model lama, sehingga jika ingin mandi air hangat, caranya ya manual seperti ini.

Setelah derajat kehangatan air dirasa sudah cukup, Ana mematikan keran. Ia lalu menuju kamar tidurnya dan membuka lemari pakaian, sebuah daster berwarna hijau muda diambilnya. Iapun melangkah kembali menuju kamar mandi, kemudian menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Setelah menggantungkan daster dan handuk, Ana mulai membuka kancing seragam polisinya sehingga terlihat payudara 34C nya yang masih terbungkus bra putih.

Setelah menggantungkan baju seragamnya, Ana melepas pengait branya dan kemudian menggantungnya. Kini tubuh bagian atas Ana sudah telanjang, tampak payudaranya yang montok dengan puting berwarna kecokelatan. Kemudian Ana menurunkan resleting rok coklatnya dan melorotkannya sekaligus dengan celana dalam putihnya sehingga kini Ia sudah telanjang bulat. Setelah menggantung rok dan celana dalamnya, Ana mulai meraih gayung dan mulai mengguyur tubuhnya. Rasa hangat menjalari seluruh tubuhnya dan mampu mengusir rasa pegal yang tadi dirasakan.

Setelah beberapa kali guyuran dan tubuhnya basah, Ana mengambil sabun. Pertama-tama ia menyabuni kedua tangannya yang diikuti kemudian dengan kedua bukit kembarnya, ia menyabuni payudaranya dengan berputar-putar dan berujung pada puting susunya. Proses menyabuni badan berlanjut ke punggungnya, turun ke pantatnya yang montok, kemudian beralih ke depan. Ana menyabuni perutnya yang masih rata lalu turun ke selangkangan.

Cukup lama ia menyabuni vaginanya baru kemudian menyabuni kedua kakinya dan diakhiri dengan beberapa kali guyuran untuk membersihkan sabun di badannya. Berikutnya ia mengambil botol shampoo dan mengeluarkan sedikit ke telapak tangannya kemudian mengeramasi rambutnya dan tidak lupa rambut kemaluannya. Lalu ia kembali mengguyur badannya. Terakhir, ia menggosok giginya dan kemudian bersiap keluar dari kamar mandi.

Diraihnya handuk berwarna putih untuk mengelap sisa-sisa air yang masih membasahi tubuhnya. Kemudian barulah dikenakannya daster hijau muda yang tadi dipilihnya di lemari. Daster itu panjangnya kira-kira hanya sepuluh centimeter diatas lutut, Ana tidak mengenakan pakaian dalam dibalik dasternya itu karena memang kebiasaannya selama ini selalu begitu. Usai mandi, ia mengambil seragam polisinya yang kotor beserta pakaian dalamnya dan kemudian meletakkannya di keranjang tempat pakaian kotor.

Ana kemudian kembali melangkah ke ruang tengah. Ia lalu membuang kaleng soft drink yang tadi ditenggaknya ke tempat sampah. Kemudian ia duduk di sofa ruang tengah sambil menonton acara televisi. Ketika duduk, bagian bawah daster itu naik lagi sebanyak lima centimeter menampakkan kedua pahanya yang mulus. Dengan posisi duduk yang agak merenggang, jika saja ada yang melihat dari depan, pasti akan terlihat belahan vaginanya yang tertutup rambut kemaluan.

Berhubung acara di televisi semuanya menayangkan sinetron, Ana memutuskan untuk mematikan televisi dan beranjak ke kamar tidur untuk beristirahat. Jam dinding menunjukkan pukul 19.30, Ana lalu mematikan lampu ruang tengah dan menyalakan lampu kamar tidurnya. Ia kemudian memasuki kamar tidur dan menutup pintu dari dalam. Diambilnya hair dryer dan dicolokkan ke stop kontak didalam kamar, Ana lalu mengeringkan rambutnya sejenak. Setelah rambut kering, dimatikannya hair dryer dan diletakkan kembali di atas meja rias yang berwarna coklat mengkilat warna khas kayu yang dipelitur.

Berikutnya, Ana menyisir rambut lurusnya yang hitam dan panjangnya sebahu. Setelah rambutnya rapi, ia menuju keatas kasur untuk segera beristirahat karena memang kedua kelopak matanya sudah berat sekali seolah ada besi menggantung dibawahnya. Ana membaringkan diri diatas spring bed yang dibungkus bed cover warna oranye bermotif kotak-kotak.

Baru beberapa detik Ana memejamkan matanya, ia langsung tertidur pulas karena kelelahan. Di dalam tidurnya ia bermimpi buruk, ada sesosok setan mengerikan yang mengejarnya dan kemudian berhasil menangkapnya, membaringkan tubuhnya dan menindih badannya. "Tidaak, jangaan!!" Teriak Ana di dalam mimpinya. Sesaat kemudian, Ana terbangun, dilihatnya sekeliling, tidak ada apa-apa. Ana pun kembali merebahkan badannya dan memejamkan matanya kembali. Beberapa saat kemudian, Ana merasakan ada kekuatan yang menindih badannya dari atas, seperti ada orang yang berada diatas tubuhnya.

Kembali Ana membuka mata, ia tidak melihat ada siapapun, namun ia masih merasakan ada yang menindihnya. Ana tidak dapat bergerak, beban yang menindih tubuhnya terasa berat dan seolah memegangi kedua tangan dan kakinya. Ana merasa seperi bermimpi karena hal ini sangat aneh. Berikutnya, Ana merasa bahwa bagian bawah dasternya perlahan tersingkap memperlihatkan sepasang paha mulusnya.

Kekuatan aneh yang menyingkap daster Ana terus mengangkat bagian bawah daster hijau hingga ke perut, tampaklah kemaluan Ana yang tidak ditutupi sehelai benangpun. Ana juga merasakan ada sesuatu seperti sebuah tangan yang menjamah kedua payudaranya dan terus meremas-remas kedua gunung kembar tersebut.

"Mmh.. apa ini? Tolong jangan ganggu saya!" Ucapnya pada mahluk yang tak kasat mata itu.

Tiada jawaban dari mahluk itu, yang ada hanya remasan dan jamahan yang kian menjadi di bagian-bagian tubuh sensitifnya.

"Aa.. ssh!!" Ana hanya dapat mendesah mendapatkan perlakuan demikian.

Berikutnya, Ana merasakan ada benda tumpul yang menggesek-gesek bibir kemaluannya.

"Aaah!!" Pekik Ana ketika benda itu menyeruak masuk kedalam vaginanya. "Aa.. enghh.. ahh!!" Desahnya ketika penis tak kasat mata itu mulai keluar masuk liang vaginanya.

Memang aneh rasanya bagi Ana, seperti diperkosa namun tak tampak pemerkosanya. Jika ada yang melihat kondisi Ana sekarang, akan tampak ia dalam posisi telentang, kakinya mengangkang, daster warna hijau mudanya tersingkap naik hingga ke perut, sementara kondisi rambutnya acak-acakan.

Ana tampak mendesah-desah sendiri, tidak tampak ada lelaki yang menancapkan penisnya, namun liang vagina Ana tampak membuka seukuran diameter penis pria. Ana merasakan kenikmatan yang luar biasa, ia sampai megap-megap dibuatnya.

Tidak lama kemudian, "Enghh.. aaaaagh!!" Ana mencapai orgasme pertamanya, cairan vaginanya sampai meleleh keluar dari kemaluannya dan membasahi seprei berikut kasurnya. Mahluk itu tidak memberikan kesempatan beristirahat pada Ana, penis yang tak tampak itu terus mengaduk-aduk bagian dalam vagina Ana. "Aa.. ohhh.. hhh.. ahhh!!" Orgasme kembali mendatangi Ana sepuluh menit kemudian, Ana keenakan hingga meremas-remas seprei kasurnya.

Hingga tiba-tiba lima menit kemudian, mahluk itu menghentikan aktifitasnya, Ana merasakan mahluk itu menarik keluar penisnya. Ana terengah-engah, ia tidak tahu apa yang terjadi barusan, sangat aneh namun juga sangat nikmat. Ana beranjak dari kasur dan merapikan dirinya, tiba-tiba ia melihat sesuatu, rupanya di cermin rias tertulis huruf kapital K!!