Kamis, 22 Oktober 2009

dendam pemorkosaan

Ina tertunduk lesu diatas kursi plastik berwarna hijau yang warnanya sudah memudar, matanya tampak sayu, pandangan matanya kosong menerawang ke depan. Dihadapannya terdapat sebuah meja kayu, seorang polwan duduk dibelakang meja itu, berhadap-hadapan dengan Ina.

Diatas meja terdapat sebuah papan nama bertuliskan AKP Yuliana, Kepala unit perlindungan perempuan dan anak. Ya, Ina memang tengah berada di kantor polisi guna melaporkan peristiwa kriminal yang baru menimpanya. Sesaat kemudian pikirannya melayang kembali kepada kejadian yang baru dialaminya tadi malam.

Saat itu, dia sedang dalam perjalanan pulang sehabis menonton film di bioskop bersama sang kekasih, Ferdi. Film selesai diputar tepat pukul 23.30. Berdua, mereka menuju tempat parkir motor, kemudian Ferdi segera memacu motornya menuju rumah Ina untuk mengantarkannya pulang. Setengah jarak menuju kediaman Ina ditempuh dengan lancar-lancar saja, hingga tiba-tiba, dua buah motor bebek berwarna hitam buatan pabrikan Jepang, melaju kencang dari belakang motor Ferdi, dua motor itu terus menambah kecepatan dan akhirnya memepet motor Ferdi dari dua arah, kiri dan kanan.

Dua motor disamping kiri dan kanan tersebut masing-masing dinaiki oleh dua orang, sehingga total ada empat orang yang mengepung Ferdi dan Ina. Merasakan situasi yang gawat karena jika ini diteruskan pasti orang-orang yang berada disamping akan mampu menghentikan motornya dan berbuat jahat, spontan Ferdi mengerem motornya kuat-kuat. Dan rupanya berhasil, keempat penjahat itu melaju terlalu kencang sehingga motor Ferdi tertinggal lumayan jauh, tanpa membuang waktu, Ferdi berbalik arah dan segera memacu motornya agar bisa lolos dari kejaran para penjahat tersebut. Ina sedari tadi tampak sangat ketakutan, ia tampak memeluk punggung Ferdi dengan erat sembari memejamkan mata.

Sesaat, mereka terlihat akan mampu meloloskam diri dari kejaran para penjahat tersebut, namun, "Duar!" Terdengar suara yang keras. Rupanya sumber suara tersebut berasal dari ban motor Ferdi yang pecah. Tampaknya para penjahat itu sudah terlebih dahulu menaburkan paku-paku kecil sepanjang pengejaran tadi, sehingga ketika motor Ferdi berbalik arah, paku-paku tersebut membuat ban depan motor Ferdi pecah. Motor Ferdi terguling, Ferdi dan Ina terlempar dan kemudian terjatuh berjarak sekitar lima meter dari lokasi motor terguling.

Ferdi langsung tak sadarkan diri karena berbenturan keras dengan aspal, sementara Ina mengerang kesakitan memegangi bahu kirinya yang terasa nyeri karena benturan keras saat terjatuh tadi. Ina beranjak berdiri dan menghampiri Ferdi yang tengah pingsan. Ina berusaha membangunkan Ferdi. Namun sesaat kemudian terdengar suara kedua motor pengejar tadi mendekat, kian mendekat dan kemudian mematikan mesin.

Mengetahui bahwa keadaan kian berbahaya, Ina berusaha semakin keras membangunkan kekasihnya dengan mengguncang-guncang tubuh Ferdi. Sia-sia saja, yang diguncang tidak tampak akan segera kembali kepada kesadarannya. Selanjutnya, Ina baru menyadari bahwa keempat orang tadi sudah berada disekelilingnya, keempat orang tersebut mengenakan jaket kulit dan celana jeans, mukanya tertutup helm teropong sehingga tidak terlihat dari luar.

Berikutnya, salah satu yang berbadan paling kekar -tampaknya pemimpin gerombolan penjahat itu- maju dan meminta Ina menyerahkan harta dan benda berharga yang dimilikinya. Ina menyerahkan dompet, ponsel dan perhiasan yang melekat di tubuhnya, namun tampaknya para perampok itu merasa masih kurang dengan jumlah rampasan yang didapatkan malam ini. Si badan kekar menghampiri Ina dan memintanya menyerahkan tambahan uang.

"Heh, segini sih kurang.... ayo, pasti kamu punya lagi. Keluarin, cepat!!!!" Bentaknya.
"B..bener bang, enggak ada lagi, cuma itu yang ada." Jawab Ina dengan badan gemetaran karena rasa takut yang amat sangat.
"Jangan bohong kamu!!" Tambah si badan kekar, dan "Plakk!!" Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Ina hingga meninggalkan bekas merah.
"Aduuuh!! Ampun bang.. bener." Ina menjawab sambil sesenggukan seraya memegangi pipi kirinya yang terasa sakit.

Penjahat itu membuka helm teropongnya sehingga terlihat wajahnya yang garang dengan rahangnya yang hampir berbentuk kotak, sebuah bekas luka -tampaknya luka sayatan- terlihat memanjang vertikal di pipi sebelah kanannya, kulit orang itu berwarna cokelat dan rambutnya keriting namun dipotong cepak.

"Aku geledah dulu kau, baru aku percaya!!"

Penjahat itu memandangi Ina dari ujung rambut ke ujung kaki. Memang, dengan tinggi 165 cm dan kulit yang kuning langsat ditambah paras yang ayu membuat Ina sangat menarik bagi lelaki manapun yang memandangnya. Penjahat itu mulai menggeledah tubuh ina dengan perlahan, dari kaki, kemudian pantat, dan saku depan. Tidak ada yang ditemukan, penjahat itupun nampaknya merubah pikirannya. Tangannya mulai meraba-raba tubuh Ina, tangan kirinya meraba dan setengah meremas payudara sebelah kanan Ina sementara tangan satunya meraba paha bagian dalam.

Diperlakukan seperti itu, Ina tahu bahwa orang ini bukan mencari harta, tetapi hendak berbuat yang lain. Ina pun berontak dan mendorong tubuh penjahat itu kuat-kuat sehingga penjahat itu terdorong mundur, namun dari belakang, ketiga anak buah si penjahat berbadan kekar langsung memegangi tubuh Ina. Satu orang memegang tangan kanan, satunya lagi tangan kiri, dan yang terakhir memegangi kaki, sehingga praktis Ina kini tidak dapat bergerak lagi. Si bos penjahat kembali maju dan meremas dada Ina kuat-kuat. "Aauw!! Sakit!" Jerit Ina.

"Sudah, kamu diam aja! Pasti bakalan enak, hahahahaha!!" Bos penjahat itu tertawa, diikuti tawa anak buahnya.

Ina hanya bisa terdiam, air matanya meleleh mengetahui apa yang akan segera menimpanya. Dalam hati, ia berharap agar kekasihnya segera siuman dan menghajar para penjahat ini hingga mereka lari tunggang-langgang. Harapan tinggal harapan, Ferdi tidak menunjukkan gejala segera siuman. Berikutnya, jaket berbahan jeans yang dikenakan Ina sudah dibuka paksa oleh bos penjahat itu dengan bantuan anak buahnya yang kebagian memegangi tangan Ina sehingga kini Ina terlihat mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam dipadu dengan celana jeans.

Para penjahat itu tampak semakin ganas. Hanya dengan satu tarikan kuat, bagian depan kemeja Ina sudah terbuka, kancing-kancing bajunya jatuh bertebaran, sehingga sekarang tampaklah payudara montok Ina yang dibungkus bra berwarna hitam. Para anak buah menarik kemeja itu dari belakang dan kemudian membuaka kaitan bra hitam itu sehingga bukit kembar milik Ina kini terbuka bebas. Melihat itu, si bos penjahat langsung maju dan melumat payudara kiri Ina, sementara tangannya bermain dengan puting sebelah kanan payudara Ina.

Ina hanya bisa terdiam pasrah, matanya dipejamkan, mulutnya sedikit terbuka karena dirinya mulai terangsang, puting payudaranya yang dikulum dan dipilin-pilin perlahan-lahan mulai menegang. Sesekali terdengar desahan pelan terlontar dari bibirnya yang tipis dipulas lipstik warna pink. Seolah tidak sabar, si bos memerintahkan anak buahnya untuk mendudukkan Ina di atas rumput, kemudian melepas sepatu kets berwarna putih yang diapakai Ina.

Berikutnya si bos langsung membuka resleting celana jeans Ina dan segera meloloskannya dari kedua kaki mulus Ina. Dengan cengkeraman kuat dari para anak buah penjahat itu, Ina tak kuasa melawan, kini tubuhnya hanya tinggal ditutupi oleh celana dalamnya yang berwarna senada dengan bra yang tadi dikenakannya, hitam. Hal itupun tak bertahan lama karena berikutnya, celana dalam itu direnggut paksa oleh si bos sehingga terlihalah kemaluan Ina yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang lebat.

Bos penjahat yang melihat pemandangan menggiurkan tersebut tidak berkedip dibuatnya. Ia langsung melorotkan sendiri jeans berikut celana dalamnya sehingga penisnya yang sedari tadi sudah ereksi terlihat mengacung ke arah Ina yang kini dipaksa telentang dalam keadaan telanjang bulat. Ina sedikit merasa takjub dengan penis pimpinan penjahat itu yang dalam keadaan tegang kira-kira panjangnya mencapai 20 centimeter dengan diameter enam centimeter, lebih panjang dari kepunyaan Ferdi.

Tanpa ba bi bu, penjahat kekar itu kemudian mengarahkan penis tegangnya ke arah liang kemaluan Ina. "Stop!! Tidak!! Jangaaan!!" Teriak Ina sambil berupaya meronta. sedetik kemudian, kepala penis itu sudah digesek-gesekkan di bibir luar kemaluan Ina. "Aaaa, jangaaan, please!! Sudah!!" Ina berteriak-teriak tidak keruan karena penis besar itu mencoba menerobos kemaluannya.

Sesaat kemudian. "Aaaahh!!!" Terdengar teriakan Ina, rupanya setengah dari penis itu sudah berhasil masuk kedalam liang vagina Ina. Bos penjahat itu mulai memaju-mundurkan penisnya yang menancap separuh di vagina Ina. Perlahan tapi pasti, penis itu melesak kian dalam dan mengaduk aduk isi liang kemaluan Ina. Inapun tak kuasa menahan rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya. "Enghh.. aa.. ahh!!" Desah Ina saat bos penjahat itu terus memompa vaginanya. Jepitan bibir vagina Ina yang rapat rupanya membuat penjahat itu tidak mampu lama-lama menahan gelombang orgasmenya, sepuluh menit kemudian bos penjahat itu mengerang keenakan, matanya dipejamkan dan Crott! Crott! Crott! Semburan demi semburan sperma keluar didalam vagina Ina.

Bos penjahat itu tampak puas setelah menggagahi Ina, diapun beranjak dari tempatnya dan memungut kembali pakaiannya untuk kemudian dikenakan kembali. Penderitaan Ina tidak sampai disitu saja, ketiga anak buah penjahat yang memeganginya dari tadi rupanya sudah tidak tahan untuk mengambil 'jatah' mereka. Mereka langsung melepas celana masing-masing dan memperlihatkan penis masing-masing yang sudah sangat tegang melihat adegan persetubuhan bos mereka tadi.

Ina yang masih mengatur nafasnya kembali disetubuhi. Kali ini, satu orang berbaring diatas rumput dan memaksa Ina untuk duduk diatas penis tegangnya sehingga Ina kini bereada dalam posisi 'woman on top', baru beberapa detik, orang yang kedua mendorong badan Ina kedepan dan menggesek-gesekkan penisnya di anus Ina. "Ahh, ja.. jangan disitu bang!!!" Kata Ina memohon.

"Sudah, kamu diam saja, tidak usah banyak omong!!!" Bentak penjahat yang kedua.
Penjahat itu meludahi anus Ina agar penisnya dapat menerobos masuk ke dalam anus Ina. Beberapa saat kemudian, penis itu dapat menembus anus Ina. "Aaaa!! Aduuh, ampuun bang, cukup!!" Teriak Ina, airmataya kembali meleleh membasahi kedua pipinya.

Si Penjahat kedua tidak menggubris hal itu dan terus memaju-mundurkan pantatnya sambil mendesah keenakan karena jepitan anus Ina yang rapat. Tidak berhenti disitu, penjahat ketiga datang dan menjejalkan penisnya kedalam mulut mungil Ina, hal itu membuat Ina tersedak karena kerongkongannya tersentuh kepala penis. "Mm.. eghhh!!" Ina tak dapat berkata-kata. Kini ketiga lubang Ina penuh dijejali oleh tiga batang penis milik para penjahat itu. Menerima rangsangan begitu hebatnya, sekitar lima menit kemudian tubuh Ina bergetar hebat seiring datangnya gelombang orgasme.

"Mmm.. mmm.. hhh!!" Hanya itu yang terlontar dari bibirnya yang sedang disumpal oleh penis. "Plok-plok-plok!!" Bunyi itu terdengar ketika paha para penjahat itu beradu dengan tubuh Ina. Sepuluh menit berlalu, Penjahat kedua yang batang penisnya menancap di anus Ina tidak tahan lagi karena sempitnya lubang anus, Crott!! Crott!! Air maninya ditumpahkan didalam lubang anus Ina. Saat penjahat kedua menarik penisnya keluar, tampak cairan sperma meleleh keluar dari mulut anus Ina.

Tidak lama kemudian, giliran penjahat pertama yang mengerang keenakan dan penisnya memuncratkan sperma didalam vagina Ina. Penjahat itupun kemudian menarik keluar penisnya, sekali lagi tampak lelehan sperma yang perlahan mengalir keluar dari liang vagina Ina. Penjahat ketiga yang sedang dioral Ina mebdadak mencabut penisnya, ia kemudian berpindah kebelakang Ina dan memasukkan penisnya kedalam vagina Ina dalam posisi doggy style, rupanya ia ingin merasakan nikmatnya jepitan vagina dari perempuan ini.

Penis itu masuk dengan lancar karena memang vagina Ina sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya ditambah sisa-sisa sperma tadi. "Ahh.. enghh.. sudah.. dong!!" Ina berkata terputus-putus, namun penjahat itu tak memedulikan ucapan itu, ia terus memompa tubuh Ina dengan cepat. Sepuluh menit dalam posisi doggy style, penjahat itu merasakan gelombang orgasme yang kian mendekat, Ina rupanya juga mendekati puncak kenikmatan, hal tersebut tampak dari desahannya yang kian cepat. Sesaat kemudian penjahat itu membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Ina dan, crott!! Crott!! Penisnya memuntahkan sperma.

Disaat yang bersamaan, Ina juga mencapai orgasme, tubuhnya menggelinjang, kepalanya menengadah dan matanya terpejam. "Ah.. hh.. aaaaaaahh!!" Teriaknya.
Penjahat itupun tampak sangat puas dan kembali berpakaian. Si bos penjahat kembali datang sembari menghunus pisau besar, Ina ketakutan karena menduga bahwa ia akan dibunuh.

Penjahat itu terus mendekat dan 'jlebb', rupanya ia hanya menancapkan pisau itu ditanah tampaknya mengukir sesuatu, entah apa maksudnya, sesaat kemudian bersama rekan-rekannya yang lain segera meninggalkan tempat itu, dua orang berboncengan, seorang lagi berkendara sendirian, dan yang terakhir menaiki motor Ferdi dan langsung tancap gas. Ina terkulai lemas dalam keadaan telanjang bulat, keringat membanjiri tubuh indahnya ditambah dengan sisa-sisa sperma yang tampak mengalir keluar dari lubang anus dan vaginanya. Dengan tenaga yang tersisa, Ina berpakaian kembali dan melanjutkan usahanya membangunkan Ferdi. Beruntung, sesaat kemudian ada pengendara mobil yang lewat dan bersedia berhenti membantu mereka.

"Itu pasti gerombolan si Kodir, dia memang sudah lama kami buru." Kata polwan yang duduk didepan Ina sambil memandangi foto TKP yang menunjukkan gambar ukiran huruf kapital K di tanah.

"Ciri-cirinya memang begini, selalu meninggalkan inisialnya sendiri. Entah apa maksudnya, mungkin sebagai ciri khas, tampaknya ia bangga dengan hasil kejahatannya." Tambah polwan itu lagi.

"Kami sebenarnya sudah sering hampir berhasil menangkapnya, namun disaat-saat terakhir, ia selalu berhasil lolos. Coba mbak lihat ini!" Polwan itu menunjukkan koran terbitan hari ini.

Ina membaca headline di halaman keempat. "Sudah ada perintah tembak mati dari atasan, tapi tampaknya ia tidak takut mati, malah menigkatkan frekuensi kejahatannya." Kata polwan itu lagi.

Sesaat kemudian terdengar pintu ruangan diketuk, rupanya anak buah polwan itu melaporkan bahwa posisi Kodir berhasil dilacak. "Bagus, segera siapkan tim untuk penyergapan!!" Perintahnya.

Sejumlah personel polisi segera bersiap, enam mobil patroli disiapkan dan kemudian berangkat dengan bunyi sirine yang terdengar meraung-raung. Polwan itu sendiri yang langsung memimpin penyergapan.

Yuliana, atau lebih sering dipanggil bu Ana oleh anak buahnya, adalah seorang polwan yang masih terlihat cantik di usianya yang kini menginjak 35 tahun. Tubuhnya masih tampak langsing layaknya seorang gadis karena Ana pandai merawat tubuhnya, paling tidak sebulan sekali ia mengunjungi spa untuk lulur ditambah hal-hal lainnya, selain itu ia selalu menjaga pola makannya sehingga ia tetap terlihat bugar. Ana saat ini berstatus janda tanpa anak setelah bercerai dengan mantan suaminya setahun yang lalu.

Kembali ke penyergapan, sekarang rombongan mobil patroli tersebut berada di kawasan yang sepi penduduk. Melalui radio polisi, Ana memerintahkan para anak buahnya untuk mematikan sirine karena akan menarik perhatian. Iring-iringan mobil itupun bergerak mendekati sebuah rumah tua yang tampak tak berpenghuni, rupanya di tempat itulah yang ditengarai sebagai tempat persembunyian sementara Kodir cs.

Para polisi itupun turun dari kendaraan dan berpencar, sebagian mengendap-endap dari pintu belakang dan sebagian lagi langsung menyergap dari pintu depan. Pasukan dari pintu depan langsung mendobrak pintu dan menyergap masuk dengan senjata api berada di genggaman masing-masing. Di dalam, terlihat tiga orang anak buah Kodir yang langsung mengangkat tangan setelah melihat kedatangan polisi yang menodongkan senjata api. Tetapi, tidak tampak kehadiran si gembong penjahat, kemungkinan melarikan diri kearah pintu belakang.

Benar saja, polisi yang menyergap dari belakang bertemu muka dengan Kodir. Maka terjadilah baku tembak sengit. Seorang anggota terluka terkena tembakan jitu si Kodir. Baku tembak terus berlangsung selama kurang lebih tiga menit. Hingga kemudian, "Dor!!" Sebutir timah panas bersarang di punggung Kodir, seketika badannya pun jatuh tersungkur dan tertelungkup, nafasnya tampak tersengal-sengal, kelihatannya ia sedang sekarat. Peluru yang bersarang di punggung Kodir tadi rupanya berasal dari pistol AKP Yuliana yang datang dari arah belakang Kodir.

Kodir yang sekarat membalikkan tubuhnya sehingga telentang, ia ingin melihat siapa penembaknya. Dengan mata melotot, Kodir memandangi wajah Ana dengan setengah kejang dan nafas tersengal sembari mengarahkan telunjuknya kearah Ana seolah mengatakan "Awas kau!". Beberapa saat kemudian Kodir menemui ajalnya.

Ana tampak puas dengan kinerja anak buahnya yang berhasil menemukan lokasi persembunyian Kodir cs yang selama ini dikenal licin bagai belut. Catatan kriminal Kodir cs pun berhenti hari ini. Masyarakat bisa lebih tenang mengetahui kematian Kodir.

Satu bulan berlalu sejak peristiwa itu, angka kejahatan memang menurun cukup tajam karena selama ini Kodir cs lah yang paling sering melakukan tindakan kriminal. Masyarakat dan polisi benar-benar bisa tidur lebih nyenyak semenjak kematian bos penjahat tersebut.

Sore itu, Ana tiba di rumahnya yang dindingnya bercat putih. Setelah memarkir mobilnya dan mengunci pagar rumah, Ana masuk kedalam rumah, badannya terasa letih sehingga ia berpikir untuk mandi air hangat agar rasa letih yang dirasakannya dapat berkurang. Setelah menutup dan mengunci pintu depan, Ana memasak air yang akan dipergunakan untuk mandi.

Sambil menunggu air mendidih, Ana meneguk soft drink dingin yang disimpan di lemari es sambil menyalakan pesawat televisi. Selang sepuluh menit, air tampak sudah mendidih. Dengan membawa panci berisi air panas, ana menuju kamar mandi, air itupun dituangkan kedalam bak mandi, Ana menyalakan keran agar air panas itu bercampur dengan air dingin dan menjadi hangat. Maklum, kamar mandinya masih model lama, sehingga jika ingin mandi air hangat, caranya ya manual seperti ini.

Setelah derajat kehangatan air dirasa sudah cukup, Ana mematikan keran. Ia lalu menuju kamar tidurnya dan membuka lemari pakaian, sebuah daster berwarna hijau muda diambilnya. Iapun melangkah kembali menuju kamar mandi, kemudian menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Setelah menggantungkan daster dan handuk, Ana mulai membuka kancing seragam polisinya sehingga terlihat payudara 34C nya yang masih terbungkus bra putih.

Setelah menggantungkan baju seragamnya, Ana melepas pengait branya dan kemudian menggantungnya. Kini tubuh bagian atas Ana sudah telanjang, tampak payudaranya yang montok dengan puting berwarna kecokelatan. Kemudian Ana menurunkan resleting rok coklatnya dan melorotkannya sekaligus dengan celana dalam putihnya sehingga kini Ia sudah telanjang bulat. Setelah menggantung rok dan celana dalamnya, Ana mulai meraih gayung dan mulai mengguyur tubuhnya. Rasa hangat menjalari seluruh tubuhnya dan mampu mengusir rasa pegal yang tadi dirasakan.

Setelah beberapa kali guyuran dan tubuhnya basah, Ana mengambil sabun. Pertama-tama ia menyabuni kedua tangannya yang diikuti kemudian dengan kedua bukit kembarnya, ia menyabuni payudaranya dengan berputar-putar dan berujung pada puting susunya. Proses menyabuni badan berlanjut ke punggungnya, turun ke pantatnya yang montok, kemudian beralih ke depan. Ana menyabuni perutnya yang masih rata lalu turun ke selangkangan.

Cukup lama ia menyabuni vaginanya baru kemudian menyabuni kedua kakinya dan diakhiri dengan beberapa kali guyuran untuk membersihkan sabun di badannya. Berikutnya ia mengambil botol shampoo dan mengeluarkan sedikit ke telapak tangannya kemudian mengeramasi rambutnya dan tidak lupa rambut kemaluannya. Lalu ia kembali mengguyur badannya. Terakhir, ia menggosok giginya dan kemudian bersiap keluar dari kamar mandi.

Diraihnya handuk berwarna putih untuk mengelap sisa-sisa air yang masih membasahi tubuhnya. Kemudian barulah dikenakannya daster hijau muda yang tadi dipilihnya di lemari. Daster itu panjangnya kira-kira hanya sepuluh centimeter diatas lutut, Ana tidak mengenakan pakaian dalam dibalik dasternya itu karena memang kebiasaannya selama ini selalu begitu. Usai mandi, ia mengambil seragam polisinya yang kotor beserta pakaian dalamnya dan kemudian meletakkannya di keranjang tempat pakaian kotor.

Ana kemudian kembali melangkah ke ruang tengah. Ia lalu membuang kaleng soft drink yang tadi ditenggaknya ke tempat sampah. Kemudian ia duduk di sofa ruang tengah sambil menonton acara televisi. Ketika duduk, bagian bawah daster itu naik lagi sebanyak lima centimeter menampakkan kedua pahanya yang mulus. Dengan posisi duduk yang agak merenggang, jika saja ada yang melihat dari depan, pasti akan terlihat belahan vaginanya yang tertutup rambut kemaluan.

Berhubung acara di televisi semuanya menayangkan sinetron, Ana memutuskan untuk mematikan televisi dan beranjak ke kamar tidur untuk beristirahat. Jam dinding menunjukkan pukul 19.30, Ana lalu mematikan lampu ruang tengah dan menyalakan lampu kamar tidurnya. Ia kemudian memasuki kamar tidur dan menutup pintu dari dalam. Diambilnya hair dryer dan dicolokkan ke stop kontak didalam kamar, Ana lalu mengeringkan rambutnya sejenak. Setelah rambut kering, dimatikannya hair dryer dan diletakkan kembali di atas meja rias yang berwarna coklat mengkilat warna khas kayu yang dipelitur.

Berikutnya, Ana menyisir rambut lurusnya yang hitam dan panjangnya sebahu. Setelah rambutnya rapi, ia menuju keatas kasur untuk segera beristirahat karena memang kedua kelopak matanya sudah berat sekali seolah ada besi menggantung dibawahnya. Ana membaringkan diri diatas spring bed yang dibungkus bed cover warna oranye bermotif kotak-kotak.

Baru beberapa detik Ana memejamkan matanya, ia langsung tertidur pulas karena kelelahan. Di dalam tidurnya ia bermimpi buruk, ada sesosok setan mengerikan yang mengejarnya dan kemudian berhasil menangkapnya, membaringkan tubuhnya dan menindih badannya. "Tidaak, jangaan!!" Teriak Ana di dalam mimpinya. Sesaat kemudian, Ana terbangun, dilihatnya sekeliling, tidak ada apa-apa. Ana pun kembali merebahkan badannya dan memejamkan matanya kembali. Beberapa saat kemudian, Ana merasakan ada kekuatan yang menindih badannya dari atas, seperti ada orang yang berada diatas tubuhnya.

Kembali Ana membuka mata, ia tidak melihat ada siapapun, namun ia masih merasakan ada yang menindihnya. Ana tidak dapat bergerak, beban yang menindih tubuhnya terasa berat dan seolah memegangi kedua tangan dan kakinya. Ana merasa seperi bermimpi karena hal ini sangat aneh. Berikutnya, Ana merasa bahwa bagian bawah dasternya perlahan tersingkap memperlihatkan sepasang paha mulusnya.

Kekuatan aneh yang menyingkap daster Ana terus mengangkat bagian bawah daster hijau hingga ke perut, tampaklah kemaluan Ana yang tidak ditutupi sehelai benangpun. Ana juga merasakan ada sesuatu seperti sebuah tangan yang menjamah kedua payudaranya dan terus meremas-remas kedua gunung kembar tersebut.

"Mmh.. apa ini? Tolong jangan ganggu saya!" Ucapnya pada mahluk yang tak kasat mata itu.

Tiada jawaban dari mahluk itu, yang ada hanya remasan dan jamahan yang kian menjadi di bagian-bagian tubuh sensitifnya.

"Aa.. ssh!!" Ana hanya dapat mendesah mendapatkan perlakuan demikian.

Berikutnya, Ana merasakan ada benda tumpul yang menggesek-gesek bibir kemaluannya.

"Aaah!!" Pekik Ana ketika benda itu menyeruak masuk kedalam vaginanya. "Aa.. enghh.. ahh!!" Desahnya ketika penis tak kasat mata itu mulai keluar masuk liang vaginanya.

Memang aneh rasanya bagi Ana, seperti diperkosa namun tak tampak pemerkosanya. Jika ada yang melihat kondisi Ana sekarang, akan tampak ia dalam posisi telentang, kakinya mengangkang, daster warna hijau mudanya tersingkap naik hingga ke perut, sementara kondisi rambutnya acak-acakan.

Ana tampak mendesah-desah sendiri, tidak tampak ada lelaki yang menancapkan penisnya, namun liang vagina Ana tampak membuka seukuran diameter penis pria. Ana merasakan kenikmatan yang luar biasa, ia sampai megap-megap dibuatnya.

Tidak lama kemudian, "Enghh.. aaaaagh!!" Ana mencapai orgasme pertamanya, cairan vaginanya sampai meleleh keluar dari kemaluannya dan membasahi seprei berikut kasurnya. Mahluk itu tidak memberikan kesempatan beristirahat pada Ana, penis yang tak tampak itu terus mengaduk-aduk bagian dalam vagina Ana. "Aa.. ohhh.. hhh.. ahhh!!" Orgasme kembali mendatangi Ana sepuluh menit kemudian, Ana keenakan hingga meremas-remas seprei kasurnya.

Hingga tiba-tiba lima menit kemudian, mahluk itu menghentikan aktifitasnya, Ana merasakan mahluk itu menarik keluar penisnya. Ana terengah-engah, ia tidak tahu apa yang terjadi barusan, sangat aneh namun juga sangat nikmat. Ana beranjak dari kasur dan merapikan dirinya, tiba-tiba ia melihat sesuatu, rupanya di cermin rias tertulis huruf kapital K!!

1 komentar:

  1. Artikel nya sangat membantu dan sangat bermanfaat Bos...

    yuk Kunjungi Juga : Cerita Seks Terbaru

    BalasHapus